Mohon tunggu...
okiarafiyudi
okiarafiyudi Mohon Tunggu... Seniman - Markom

Penulis yang gemar menganalisis isu-isu politik, ekonomi, dan sosial. Mengutamakan diskusi yang kritis namun santai untuk memperkaya sudut pandang pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Politik

PPN 12% dan Drama Partai Politik: Siapa Yang Benar?

23 Desember 2024   15:42 Diperbarui: 23 Desember 2024   15:42 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input Keterangan & Sumber Gambar (Contoh: Foto Langit Malam (Sumber: Freepik/Kredit Foto))

Isu Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% kembali menjadi sorotan. Kali ini, drama partai politik besar seperti PDIP dan Gerindra turut mewarnai perdebatan kebijakan tersebut. Tweet dari David Mayer menggambarkan situasi yang menarik: bagaimana dua partai besar ini saling serang soal pajak, meskipun keduanya sebenarnya terlibat dalam pembentukan kebijakan.

PDIP dan Peran Panja UU HPP

PDIP dikritik karena dianggap "biang keladi" kenaikan tarif PPN menjadi 12%. Sebagai Ketua Panja UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), PDIP memang memegang peran besar dalam pengesahan undang-undang ini. Namun, dalam perkembangan terakhir, PDIP justru "membalikkan serangan" dengan mengungkit bahwa UU tersebut sebenarnya memiliki mekanisme yang memungkinkan tarif PPN diturunkan hingga 5%.

Pertanyaannya: jika mekanisme penurunan tarif itu ada, mengapa tidak dimanfaatkan? Di sinilah politik masuk ke permainan. PDIP menyampaikan pesan bahwa semua tergantung pada "niat" pemerintah, seolah menunjukkan bahwa pihak eksekutiflah yang harus bertanggung jawab.

Mekanisme Penurunan Tarif PPN

Pasal 7 dalam UU HPP menyebutkan bahwa tarif PPN bisa diatur antara 5% hingga 15%, tergantung pada situasi ekonomi dan kebutuhan anggaran negara. Artinya, jika pemerintah ingin, tarif PPN bisa diturunkan ke angka serendah 5%. Namun, implementasi mekanisme ini membutuhkan keputusan presiden (Keppres) dan dukungan politik DPR, yang tentu saja tidak lepas dari dinamika partai politik.

Gerindra dan Kritik Balik

Gerindra, yang sebelumnya menyerang PDIP, kini menghadapi tudingan balik. David Mayer menyoroti bahwa perdebatan ini lebih banyak bersifat "narasi politik" daripada substansi kebijakan. Dalam konteks ini, PDIP mencoba memanfaatkan posisi sebagai oposisi untuk mendesak penurunan PPN, sementara Gerindra---yang berada di lingkar kekuasaan---terkesan defensif.

Di Mana Posisi Rakyat?

Seperti yang diungkapkan dalam tweet tersebut, rakyat berada di posisi yang lemah dalam sistem ini. Senat (DPD), yang seharusnya mewakili suara non-partisan, diangg

Input Keterangan & Sumber Gambar (Contoh: Foto Langit Malam (Sumber: Freepik/Kredit Foto))
Input Keterangan & Sumber Gambar (Contoh: Foto Langit Malam (Sumber: Freepik/Kredit Foto))
ap kurang efektif. Alhasil, tekanan terhadap kebijakan hanya bergantung pada partai politik, yang sering kali lebih sibuk dengan manuver politik daripada mendengarkan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun