Mohon tunggu...
Oka Riansyah
Oka Riansyah Mohon Tunggu... -

belajar memberi solusi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Infotainment “Harus” disensor?

17 Juli 2010   12:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:48 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dari 10 stasiun tv swasta di Indonesia yang dapat dinikmati secara nasional saat ini hanya ada satu stasiun tv yang belum tergiur membuat tayangan khusus infotainment, bahkan ada beberapa stasiun tv yang seharinya memiliki tayangan infotainment sebanyak dua sampai tiga kali. Mengapa mereka begitu “excited” dalam membuat tayangan infotainment dibandingkan tayangan anak-anak yang saat ini semakin berkurang frekuensi dan kualitasnya? Mungkin alasan utamanya adalah “rating”. Kalau memang hal itu yang terjadi, maka sebenarnya yang mempengaruhi rating sebuah tayangan itu tinggi atau rendah adalah masyarakat itu sendiri, jadi masihkah kita menyalahkan tayangan infotainment ketika dampak buruknya begitu luas ataukah kita perlu introspeksi diri? ^_^

Disaat DPR, Dewan Pers, dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) melayangkan sebuah wacana besar untuk menyensor setiap tayangan infotainment dan reality show maka timbullah berbagai macam pro maupun kontra dan itu dirasa hal yang wajar, karena negara ini adalah negara demokrasi yang semua orang berkesempatan menyampaikan pendapat mereka. Nah, terlepas dari pro dan kontra yang saat ini terjadi dikalangan elit dan masyarakat umum, media massa, media cetak, maupun media online sudah sewajarnya memberikan andil yang nyata dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana porsinya.

Namun, ketika kita berbicara mengenai media dan seluk-beluk didalamnya tentu kita tidak dapat melepaskannya dari berbagai macam kepentingan. Dan pada akhirnya kepentingan bisnislah yang secara masif diutamakan oleh sebagian besar pekerja infotainment saat ini. Mengejar berita dari narasumber tanpa peduli akan aturan main yang seharusnya dia laksanakan, terkadang memaksa seseorang untuk berkomentar tentang sesuatu yang mungkin sangat pribadi, dan nyatanya yang seperti inilah terjadi saat ini, demi mengejar sebuah statement seorang artis dan mencari susuatu yang eksklusif dari artis tersebut mereka melabrak norma-norma yang ada.

Artis

Kehidupan seorang artis yang banyak diidolakan sering kali disorot dengan sangat tajam oleh media, seperti ketika skandal video mesum artis yang menyeret nama-nama beken negeri ini, Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari merebak. Hampir setiap hari tayangan yang mengulas mengenai skandal ini menghiasi layar televisi, media cetak, dan media online, yang tanpa sadar telah membuat dan turut menumbuhkan keinginan masyarakat untuk menonton video mesum tersebut. Sehingga tidak mengherankan ketika pemberitaan ini semakin gencar, maka kasus-kasus pemerkosaanpun bermunculan dikalangan masyarakat yang mana kebanyakan mereka dipengaruhi oleh video mesum tersebut. Tentunya, para pelaku video mesum tersebut adalah orang yang paling bertanggung jawab secara moral, namun secara tidak langsung media juga mempunyai andil dalam hal tersebut.

Ketika pemberitaan infotainment itu mengenai sebuah prestasi seorang artis yang mampu menghadirkan karya yang indah, maka hal itu sah-sah saja untuk ditayangkan dan bahkan sangat pantas untuk ditayangkan, namun ketika pemberitaan mengenai perceraian, perselingkuhan, perselisihan seorang artis juga ditayangkan maka hal ini yang perlu disensor, karena dampaknya akan sangat buruk bagi para audience yang menyaksikan baik itu langsung maupun tidak nantinya. Dari sudut pandang agama manapun membuka aib atau kejelekkan seseorang tentu sangat dilarang karena akan merugikan. Jadi sudah sepantasnyalah para pekerja infotainment menyadari dan mempedomani hal tersebut, tentunya terlepas dari pedoman utama mereka yaitu kode etik jurnalistik dan juga perundangan Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI.

Oleh: Oka Riansyah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, USU

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun