Mohon tunggu...
Mas Bei
Mas Bei Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kekasih Sore

28 Mei 2017   18:38 Diperbarui: 28 Mei 2017   18:46 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Dua bait untuk yang pulang lebih dulu,
 pada akhirnya semua akan sampai pada akhir,
 tapal batas pemberhentian, terminal penantian,
 berlalu setelah menempuh perjalanan,
 lalu membeku, terkubur menjadi satu,
 dalam sebuah buku catatan amal kebaikan
 dan juga catatan kenangan tentunya.
 Lewat sebuah pesan di atas kertas buram,
 kau gambar pemandangan sore itu,
 awan hitam, rintik hujan, dan angin kecil,
 juga sisa cahaya matahari yang ragu menerka,
 apakah ini musim kemarau atau masih musim hujan.

 Gerimis senja adalah hadiah malaikat Mikail,
 kepada bunga kamboja dan kantil,
 untuk dapat bersemi lagi melantunkan ayat Tuhan,
 sepanjang jalan hari-hari bulan ramadhan.
 Apakah kamu akan mengirim pesan singkat,
 memberi ucapan selamat berbuka puasa,
 ketika maghrib tiba seperti tahun lalu?
 Barangkali disana tak ada lagi sinyal,
 tapi yang teramat singkat tetap dapat dirawat,
 dalam sajak dan doa yang telah selesai dicatat,
 tentang gerimis senja yang teramat manis,
 yang  tak akan kembali lagi untuk menyapa,
 sebab padam sebelum sampai angka enam belas.

 Surakarta, 28 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun