Mohon tunggu...
Oka Gualbertus
Oka Gualbertus Mohon Tunggu... -

Seorang pemula di dunia media. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.Giat menulis di kompasiana. Beberapa featurenya pernah dimuat di majalah Warta Flobamora. Penyuka dunia fotografi human interest. Akun medsosnya (http://www.facebook.com/OkaGualbertus, http://www.twitter.com/OkaGualbertus, dan http://www.instagram.com/okka_gualbertus)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Wangak, Grup Orkes Kampoeng Khas NTT yang Tak Bersandal

8 Desember 2017   10:26 Diperbarui: 8 Desember 2017   19:13 3118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu aksi panggung mereka di Jogjakarta (foto by Oka Gualbertus))

Doa dan solid
Untuk bertahan dan bisa eksis sampai sekarang ada hal yang sangat memotivasi dan mendorong para personil Orkes Wangak. Doa dan kekompakan adalah kuncinya. Doa tidak pernah dilupakan ketika memulai, dan mengakhiri latihan maupun penampilan di atas panggung. "Doa sudah menjadi kewajiban. Tuhan harus dilibatkan di panggung juga," ungkap Obeth dengan yakin.

Wangak tidak memiliki pelatih atau manager khusus seperti grup-grup musik papan atas. Karena itu kekompakan sebagai satu tim adalah kunci dalam latihan dan bermain. Segala proses dalam berkarya (membuat lagu misalnya) adalah berkat sumbangan ide-ide kreatif dari semua personil.  Semua dikerjakan secara bersama. Tidak ada yang lebih berhak menentukan ke mana arah wangak menyebarkan semangat bermusik selain Erik dan rekan-rekannya.

Ke kampus atau panggung
Obet yang saat ini menjadi mahasiswa jurusan Sastra Inggris semester tiga mewakili teman-teman setim merasa ditantang dengan persoalan kuliah. Semua personil Wangak adalah mahasiswa dari berbagai semester, jurusan maupun kampus. Dan kecintaan pada dunia musiklah yang akhirnya menyatukan mereka hingga sekarang.

Memilih kampus atau panggung? Obet menjawab kampus. "Ya tujuan ke Jogja untuk kuliah jadi kuliah masih nomor satu. Musik tidak harus membatasi kuliah. Kalau ada permintaan untuk tampil dan bertabrakan dengan kuliah pasti kami tolak. Jadwal latihan pun selalu kami sesuaikan dengan jadwal kuliah," jelas sang vokalis bomber ini.

Mau kawin dengan gamelan
Sebagai mahasiswa pendatang yang numpang berkarya di kota istimewa ada haparan dan cita-cita yang ingin dicapai oleh wangak. Melihat bahwa di Jogjakarta ada begitu banyak grup-grup musik yang sering manggung, Wangak ingin berkolaborasi dengan mereka. Namun yang lebih difokuskan adalah kolaborasi dengan musik Jawa, yaitu gamelan ditambah grup-grup musik perkusi yang sering meyulap lampu merah menjadi panggung hiburan untuk para pengguna jalan raya.

Wangak merasa beruntung karena diperkaya dengan kondisi kultur Jogjakarta sebagai kota pelajar. Ada kesempatan-kesempatan yang sangat berharga sebagai tempat menuangkan kreativitas bermusik mereka. Di tengah pertemuan berbagai budaya yang sebagian besar dibawa para mahasiswa dari berbagai daerah wangak merasa memiliki kesempatan untuk menunjukan ke-NTT-an mereka lewat orkes kampoeng ini. "Kita sederhana dalam alat tetapi kaya dalam ide dan kreativitas bermusik," ungkap sang vokalis menutup wawancara.

*Narasumber berita: Obeth Cealtie (vokalis "Orkes Kampoeng Wangak")

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun