Mohon tunggu...
Oka Gualbertus
Oka Gualbertus Mohon Tunggu... -

Seorang pemula di dunia media. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.Giat menulis di kompasiana. Beberapa featurenya pernah dimuat di majalah Warta Flobamora. Penyuka dunia fotografi human interest. Akun medsosnya (http://www.facebook.com/OkaGualbertus, http://www.twitter.com/OkaGualbertus, dan http://www.instagram.com/okka_gualbertus)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menengok Tubuh Maya Pos Kupang

10 September 2017   21:30 Diperbarui: 11 September 2017   12:35 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

            Perkembangan media saat ini boleh dikatakan cukup kencang. Difasilitasi oleh kecanggihan jaringan internet  membuat media massa konvensional satu per satu mengatur strateginya. Ada yang betul-betul mati dimakan gaya lama. Alias ditinggalkan pembaca yang “katanya” lebih akrab dengan sajian online. Ada yang mengimbangi perkembangan ideologi media baru dengan merilis situs online-nya. Dari yang berskala global sampai lokal hampir semua saat ini memiliki versi online-nya. Contoh paling baru adalah koran Kompas yang akhirnya merilis versi online-nya yaitu Kompas Id. Media lain sebelum Kompas Id misalnya Media Indonesia, Tribun Timur, Solo Pos , Tribun Jogja, Kedaulatan Rakyat dan tentu masih banyak media lain (https://news.detik.com/berita/d-3413992/ini-74-media-yang-terverifikasi-dewan-pers/3).  

            Pos Kupang, salah satu media massa (koran) lokal di NTT pun merespon perkembangan dunia jurnalistik ini dengan mencetuskan situs online-nya “ kupang.tribunnews.com”. Cukup mengetik kata kunci Kupang atau Pos Kupang di browser internet dan kita sudah bisa melihat, membaca, dan menikmati berbagai berita dari Nusa Tenggara Timur dan berita-berita dari luar. Secara sederhana terobosan ini adalah salah satu bentuk kepekaan dari pihak Pos Kupang terhadap perilaku konsumen media (pembaca) yang lambat laun berubah. Pola konsumsi media masyarakat era ini yang termediasi oleh perkembangan Internet.

            Tulisan ini bukan untuk mencari kesalahan yang dilakukan oleh Pos Kupang versi online kemudian menghakiminya sebagai media jurnalisme online yang belum layak dipublikasikan. Tulisan ini mencoba melihat atau lebih tepatnya mengkaji dengan menggunakan tolak ukur media jurnalsitik online yang ideal. Beberapa tolak ukur tersebut antara lain: content, functionally, navigation, audio/video quality, dan interactivity.

            Pertama, isi (content). Idealnya sebuah website jurnalistik harus selalu mengedepankan brevity (keringkasan) (http://macloo.com/webwriting/). Ini adalah aspek penting yang perlu diterapkan bagi semua website jurnalistik, mengingat bahwa pembaca perlu memperoleh informasi yang tidak berbelit-belit. Apalagi penggunaan bahasa yang tidak familiar. Namun hal teknis dalam menulis yang akan menentukan kualitas berita tetap diutamakan. Sebagi contoh berita Pos Kupang online edisi Minggu 10  September 2017 (http://kupang.tribunnews.com/2017/09/09/silih-lubang-alexander-jo-tabrak-truk-lalu-tewas-seketika). Dari contoh berita ini sebagai pembaca kita mendapatkan informasi namun diksi (pemilihan kata) ada hal yang barangkali dilalaikan. Penggambaran peristiwa kecelakaan yang boleh dibilang terlalu “polos” dengan pemakaian kata-kata “ tubuh bersimba darah, darah juga berceceran di badan jalan” apalagi didukung dengan foto peristiwa kecelakaan. Bukan dengan gambar ilustrasi.

            Kedua, functionally. Aspek kedua ini berhubungan dengan kemudahan pembaca menggunakan website jurnalistik ini. Seperti website jurnalistik lain cukup mudah mencari dan menemukan informasi di dalam “kupang.tribunnews.com”. Ketika membuka situs online ini kita degan mudah menemukan berbagai berita dengan banyak kategori. Ada berita regional NTT dan juga berita nasional serta kategori berita yang lain.

            Ketiga, navigation. Aspek ini tidak jauh berbeda dengan yang kedua. Hanya saja sebuah website jurnalistik yang ideal perlu menyertakan petunjuk-petunjuk (link-link) yang merupakan kunci dari sebuah berita atau berita-berita terkait lainnya dengan kata kunci “Baca Juga” (http://kupang.tribunnews.com/2017/09/09/8-penghuni-kos-tanpa-identitas-terjaring-razia-polisi-di-mbay). Dengan bantuan navigasi ini pembaca dengan mudah menemukan berita-berita lain yang mereka perlukan. Ini memang hal yang bersifat teknis namun sangat membantu pembaca dan terutama mengajak pembaaca untuk berperan aktif di depan sebuah teks.

            Keempat, audio/video quality. Web jurnalistik yang pada dasarnya mengikuti ideologi media baru tidak boleh mengabaikan aspek ini. Ketika media-media cetak konvensional hanya mampu memberikan teks dan gambar maka pada saat ini kehadiran website jurnalistik salah satunya “kupang.tribunnews.com”  menyajikan unsur-unsur yang lebih dari sekedar tulisan dan gambar statis. Ada berita-berita regional yang disertakan dengan videonya (http://kupang.tribunnews.com/2017/09/09/video-begini-cara-veteran-di-belu-menyambut-bkh). Namun ada persoalan lain. Seringkali website ini disusupi video-video yang tidak relevan dengan berita yang disajikan. Bahkan ada yang berbau pornografi (http://video.tribunnews.com/view/34546/sembunyi-di-lemari-niatnya-surprise-wanita-seksi-ini-terkejut-pacarnya-di-atas-ranjang-sedang?).

            Kelima, interactivity. Aspek inilah yang juga sangat mempengaruhi kebetahan seorang pembaca website-website jurnalistik. Termasuk  “kupang.tribunnews.com”. Mengapa?  Karena umumnya web-web jurnalistik menyertakan kolom-kolom komentar di setiap produksi karya jurnalistiknya. Selain itu sebagai pembaca kita pun dapat membagikan informasi dari “kupang.tribunnews.com”  ke media-media lainnya. Seperti media sosial  facebook, dan twitter. Inilah yang dimaksudkan dengan keinteraktifan web jurnalitik. Pembaca dengan mudah dan langsung memberikan respon terhadap setiap pemberitaannya. Ada keaktifan atau partisipasi langsung yang ditawarkan oleh bentuk mayanya Pos Kupang kepada para pembacanya.

            Berangkat dari kelima pijakan bagi bentuk ideal sebuah web jurnalistk di atas kita bisa membaca dengan jelas seperti apa kondisi “kupang.tribunnews.com” sebagai sebuah web jurnalistik yang tentunya layak diketahui atau diakses oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur khususnya atapun masyarakat luas lainnya. Kelima aspek di atas telah ada atau diterapkan oleh pengelola “kupang.tribunnews.com”. Namun sebagai sebuah kerja jurnalisme yang pada akhirnya menjadi media edukasi masyarakat tentu kualitas informasi yang disajikan tetap diperhatikan. Kode etik jurnalisme tetap dipakai demi kualitas yang baik dari karya jurnalistik mereka. Masyarakat semakin dimudahkan untuk mengakses berita dari bumi Flobamora namun bukan dimudahkan untuk mengkonsumsi informasi yang diragukan kualitas dan kredibilitasnya. Ini hanya soal pemindahan ruang. Bukan pemindahan kualitas.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun