Caleg (Calon Legislatif), baliho, dan sampah adalah tiga hal yang sangat erat berhubungan satu sama lain di musim kampanye para caleg.
Para caleg memang membutuhkan berbagai macam instrumen untuk berkampanye. Salah satunya adalah dengan memasang baliho-baliho.
Baliho-baliho ukuran raksasa hingga baliho-baliho ukuran kecil bertebaran hampir di seantero pelosok negeri. Baliho-baliho dengan gambar wajah-wajah yang tersenyum ramah dengan kata-kata rayuan maut untuk para pemilih.
Itulah salah satu cara agar masyarakat bisa mengenal figur-figur politik ini selain turun untuk tatap muka secara langsung dengan masyarakat.
Meski beberapa pengamat politik berpendapat bahwa baliho tidak terlalu efektif lagi sebagai sarana kampanye tetapi cara ini tetap dipakai sampai saat ini.
Bahkan saat ini jumlah baliho-baliho semakin masif dari pemilu-pemilu sebelumnya. Hal ini juga dipicu dengan hadirnya berbagai jasa cetak baliho yang ada di hampir semua pelosok negeri.
Tidak ada yang salah untuk itu. Tetapi masalah yang muncul kemudian adalah ketika memasuki masa tenang, baliho-baliho tersebut akan menjadi sampah.Â
Kelihatannya pesta demokrasi selain melahirkan para pemimpin, juga menciptakan sampah-sampah dari baliho-baliho yang dicetak.
Seharusnya kita sudah harus cerdas menggunakan media-media kampanye yang ramah lingkungan. Apalagi di zaman yang serba digital ini, para caleg bisa juga mengiklankan diri lewat media-media masa dan media digital.