Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Apakah Kamu adalah Si Toxic Handler, Ini Ciri-ciri dan Bahayanya

22 Agustus 2023   19:43 Diperbarui: 27 Agustus 2023   19:43 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kamu sering mendengar curahan hati (curhat) teman di kantor? Atau apakah ada teman atau sanak famili yang sedang mempunyai masalah, selalu larinya ke kamu karena mereka tahu kamu yang bisa mendengarkan mereka dan memberikan solusi atas masalah mereka?

Hati-hati sebab jika sudah keterusan, Anda akan menjadi toxic handler.

Toxic handler sendiri merupakan sebuah istilah yang menunjuk kepada orang-orang yang dengan senang hati mau menampung emosi-emosi negatif dari orang lain.

Orang-orang ini katanya akan dengan suka rela kerap menawarkan solusi-solusi untuk masalah-masalah orang lain.  

Mereka "bertugas" menangani orang-orang beracun di kantor atau tempat kerja.

Dengan kata lain kita akan menjadi toxic handler bila kita tidak mampu mengatakan tidak ketika ada teman kerja yang datang dan curhat. Atau ketika mereka meminta kita untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan atau masalah-masalah di luar tugas pokok kita.

Sebenarnya tidak masalah menjadi people pleaser di tempat kerja bagi teman-temanmu. Masalahnya apabila hal ini sudah menjadi kebiasaan yang mengganggu fisik dan mental kamu. Kebiasaan itu akan menjadi racun yang akan memberikan pengaruh bagi kesehatan tubuh.

Untuk itu perlu mewanti-wanti diri untuk tidak terlalu jauh masuk dalam setiap urusan orang lain. Kita tidak perlu menyenangkan semua orang atau menjadi people pleaser.

Ada saatnya kita harus tegas pada diri sendiri untuk mengatakan tidak pada apa yang akan membawa kerusakan pada diri sendiri terutama mental kita.

Sadar atau tidak, kadang-kadang tenaga dan energi seorang toxic handler habis hanya untuk menghadapi orang-orang beracun atau toxic tersebut. Padahal itu bukanlah menjadi tugas pokoknya.

Apabila lebih realistis, seharusnya mereka pergi ke psikolog atau psikiater untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka.

Seorang toxic handler akan bertindak seolah-olah menggantikan tugas para praktisi kesehatan mental seperti para psikolog.

Memang sudah jelas bahwa tidak ada masalah dengan si toxic handler. Mereka bukanlah orang jahat. Justru mereka adalah orang-orang baik yang penuh dengan ide, selalu memiliki jalan keluar untuk sebuah masalah (solutif), dan bisa dipercaya.

Masalahnya adalah mereka kurang memperhatikan diri mereka sendiri dan lebih mementingkan orang lain.

Tiga ciri yang menunjukkan kamu telah menjadi seorang toxic handler, yaiti pertama, kamu telah menjadi seorang pendengar yang baik. Karena kamu adalah seorang pendengar yang baik, maka teman-temanmu setiap ada masalah selalu mencari dirimu untuk sekedar bercerita menumpahkan unek-unek mereka. Hal ini sebenarnya baik sebab kamu telah membantunya dengan cara medengarkan dia.

Tetapi masalahnya semua emosi negatif yang telah dilepasnya akan diserap olehmu tanpa sadar. Dan itu bisa membuatmu ikut memikirkan masalah yang sebenarnya bukan masalahmu. Pikiran dan energimu habis untuk suatu hal yang tidak langsung berhubungan dengan diri dan hidupmu.

Kedua, kamu adalah penenang yang mampu membantu rekan kerjamu untuk mengelola emosi mereka.

Biasanya setelah menceritakan masalah mereka, kamu pasti dimintai pendapat. Pendapat-pendapat kamu akan sangat menenangkannya.

Dengan demikian kamu telah membantu temanmu untuk mengolah emosi negatifnya. Seluruh energimu kamu habiskan untuk menenangkan temanmu yang sedang bermasalah. Akhirnya kamu lupa akan masalahmu yang sebenarnya memerlukan penyelesaian juga.

Ketiga solusi-solusi yang Anda tawarkan untuk teman-temanmu yang bermasalah adalah solusi-solusi yang netral dan tidak bias.

Itulah tiga ciri yang menunjukkan secara gamblang bahwa kamu telah menjadi seorang toxic handler.

Apabila dilihat sepintas lalu maka sebenarnya menjadi toxic handler tidaklah berbahaya. 

Lalu apa sebenarnya bahayanya?

Bahaya terselubung dari toxic handler adalah ketika kamu terlalu memikirkan masalah orang lain hingga masalah-masalah orang seolah-olah menjadi masalahmu sendiri dan akhirnya memengaruhi fisik dan mentatalmu. 

Sebagai akibatnya fisik dan mentalmu menjadi lemah dan kamu akan mudah terserang insomnia, sakit otot, jantung berdebar kencang, mudah lelah, susah konsentrasi, dan bisa jadi mood tidak terkendali.

Semua itu disebabkan oleh karena beban atau emosi negatif yang kamu terima sudah berlebihan. Sedangkan pikiran dan tubuhmu tidak sanggup lagi untuk menampung dan bereaksi terhadapnya.

Untuk itu apabila kalian merasa bahwa beban atau emosi negatif yang kalian terima sudah berlebihan, maka kamu harus mengatakan dengan tegas pada diri sendiri untuk memberi batasan pada diri.

Sebab di saat orang lain merasa bebas karena telah melepas emosi-emosi negatif mereka, Anda justru menampungnya.

Kamu harus bijak dengan diri sendiri karena ketika kamu tidak mampu mengelolanya dengan baik maka emosi-emosi negatif orang yang kamu tampung tersebut akan sangat mempengaruhi mentalmu.

Tentu ini akan sangat memengaruhi produktivitas kerja dan kesehatan mentalmu. Kejiwaan atau mental akan terganggu karena terlalu sering mengurus masalah orang lain.

Selain itu di tempat kerja, si toxic handler adalah orang kepercayaan bos sebab mereka adalah orang yang senang bekerja dan patuh dengan apa yang disuruh bosnya.

Meski demikian kariernya sulit berkembang. Persoalannya, si toxic handler tidak memperhatikan dirinya sendiri dan lebih mengutamakan orang lain.

Ia lebih berpretensi untuk menyelesaikan masalah orang lain dari pada masalahnya sendiri.

Bos dan teman-temannya lebih menghargainya sebagai tempat curhat dan tempat mencari solusi menyelesaikan masalah dari pada menghargai prestasi kerjanya. Padahal prestasi kerja sangat dibutuhkan seseorang untuk mencapai karier yang cemerlang.

Dan memang menjadi toxic handler akan menyulitkan seseorang untuk berkembang. Karena lingkungan kerja itu sendiri sudah menjadi toxic atau beracun.

Menjadi toxic handler memang berat. Karena dalam praksisnya, seorang toxic handler sering melakukan dua pekerjaan sekaligus di tempat kerjanya. Pertama ia akan mengerjakan pekerjaan aslinya, dan yang kedua pekerjaan membereskan masalah bos atau teman kerjanya.

Untuk itu beberapa hal ini perlu dilakukan agar jangan sampai mental kita terganggu karena menampung banyak emosi negatif dari orang lain.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah berusahalah untuk mengalihkan pikiran kita kepada hal-hal yang menyenangkan. Lakukan hal-hal kamu sukai untuk menghilangkan stres dan melupakan masalah-masalah orang lain. Fokuskan pikiran pada diri sendiri dan jangan pada orang lain. 

Hal yang berikutnya, apabila ada orang yang datang kepada kamu dengan masalah yang sama setiap hari, maka jauhi dia dan biarkan dia mencari solusi untuk dirinya sendiri. 

Sementara hal terakhir yang perlu dilakulan adalah katakan "tidak" pada teman atau siapa saja yang datang membawa persoalannya kepada kamu apabila kamu sendiri memiliki pekerjaan yang padat dan tugas-tugas yang harus diselesaikan.

Sekali lagi fokus dahulu pada persoalan-persoalan yang kita miliki. Membantu orang lain penting juga, tetapi tidak perlu juga menjadi toxic handler yang hadir di setiap masalah orang lain.

Jangan sampai kita selalu rajin memberi nasihat pada orang lain, tetapi di saat kita mempunyai masalah kita sendiri tidak mampu menemukan solusinya.

Hal yang paling penting adalah menjaga keseimbangan antara pikiran dan mental kita agar kita tidak sampai terganggu oleh masalah orang lain.

Salam sehat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun