Soal emisi, dari transportasi diperkirakan mencapai 46 persen dan dari industri kurang lebih 43 persen (tempo.co).
Sebagai kota metropolitan yang harus menjadi kiblat dari semua kota yang ada di Indonesia, jelas bahwa ini tidak baik.
Meski ada beberapa pihak berpendapat bahwa pelabelan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara terburuk tidak sepenuhnya benar, tetapi label ini seharusnya menyadarkan pemerintah untuk berpikir ulang bagaimana memperbaiki kualitas udara Jakarta.
Selain itu, ini juga harus menjadi pembelajaran bagi kota-kota lain yang maju atau sedang bermodifikasi menjadi kota maju agar tidak melupakan kebersihan udaranya.
Kota-kota besar harus ditata dengan bijak agar di kemudian hari tidak menimbulkan persoalan lingkungan yang serius terutama berhubungan dengan udaranya.
Penataan itu terutama harus berdasarkan pada kebijakan dan regulasi yang jelas. Soal lingkungan hidup dan udara bersih tidak hanya menyangkut manusia tetapi akan memberi dampak pada seluruh makluk hidup di planet ini.
Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah mengurangi emisi pencemaran udara dengan cara menggencarkan uji emisi dan penggunaan transportasi umum.
Kita semua menyadari bahwa masalah udara kotor berhubungan dengan berbagai faktor. Ada faktor alamiah dan ada faktor campur tangan manusia.
Pencemaran udara yang disebabkan alam biasanya karena aktivitas gunung berapi yang mengeluarkan abu dan gas vulkanik, kebakaran hutan, dan kegiatan mikroorganisme. Polutan yang biasa dihasilkan berupa asap, debu, dan gas.
Sedangkan kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan adalah pembakaran sampah rumah tangga dan gas karbon dari kenderaan bermotor serta pabrik-pabrik yang menggunakan batubara.
Menurut sebuah penelitian, seluruh gunung api di seluruh dunia mengeluarkan hanya  0,13 sampai 0, 44 miliar ton CO² pertahunnya.Â