Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Natal dan Jalan Lain Menuju Tobat Ekologis

25 Desember 2022   15:26 Diperbarui: 26 Desember 2022   19:23 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Natal. Sumber: Unsplash via Kompas.com

Damai yang sebenarnya adalah damai sejahtera yang membuat manusia tentram, sejahtera, dan hidup sebagai manusia yang merupakan citra dari Allah sendiri. 

Memang sangat sulit diejahwantahkan dalam kehidupan nyata kita, tetapi sebagai sesuatu yang dicita-citakan bersama, maka damai itu wajib diperjuangkan.

Pengalaman dihantam pandemi dan juga perang harus membuat kita mencari jalan-jalan alternatif untuk membenahi cara kita bertindak, berperilaku, dan bertutur kata.

Kita juga perlu mencoba banyak alternatif atau "jalan lain" untuk bisa menghidupi hidup ini menjadi lebih layak.

Pesan Natal bersama dari PGI dan KWI tahun ini cukup jelas. Ada pesan rohani yang coba direfleksikan untuk semua umat kristiani yang merayakan Natal. 

Para Majus yang telah bertemu dengan Tuhan, pulang kembali ke negerinya melalui jalan lain. Mengapa? Sebab jalan yang sebelumnya yang mereka lalui tidak lagi aman, berbahaya, dan mengancam.

Karena itu umat Kristiani pun harus memilih jalan baru untuk bisa terus menghidupi damai Natal yang diterimanya dari bayi Yesus.

Kita mesti belajar sesuatu dari para Majus yang datang berjumpa dengan Yesus. Setelah mengalami sukacita bersama Sang Bayi, mereka mesti kembali ke tempat asal mereka. 

Jalan lama yang mereka lalui diberitahukan dalam sebuah penglihatan bahwa sudah tidak aman lagi. Untuk itu mereka menempuh jalan lain untuk bisa sampai ke tempat tujuan mereka.

Seruan Paus Fransiskus dalam Ensklik Laudato Si-nya patut kita resapi dalam hidup kita ke depannya. Kita mencoba menempuh jalan lain itu untuk kembali merawat dan memelihara ibu bumi sebagai rumah kita bersama.

Jalan yang sebelumnya kita lalui telah membuat ibu bumi sangat menderita. Sudah berabad-abad kita memperlakukan alam dan lingkungan hidup kita dengan sangat buruk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun