Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi sorotan menjelang akhir 2022. Sebab disinyalir tahun depan (2023) akan ada resesi besar-besaran. Seluruh dunia akan dilanda resesi tak terkecuali Indonesia.
Pemerintah sejauh ini masih yakin bahwa Indonesia masih berada di level aman. Tetapi bila memperhatikan beberapa dinamika pasar dunia dan perkembangan ekonomi dunia mutakir, diprediksi Indonesia tidak akan luput dari dampak besar yang akan ditimbulkan oleh gelombang resesi ini.
Karena itu, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memperkuat fondasi ekonominya dalam menghadapi berbagai risiko buruk yang bisa jadi akan menerpa bangsa kita sebagai akibat dari resesi yang akan terjadi.Â
Berbagai upaya itu antara lain memperkuat usaha-usaha mikro, usaha-usaha kecil dan usaha-usaha menengah.
UMKM yang saat ini tumbuh subur menjadi magnet tersendiri bagi pemerintah untuk mendongkrak geliat ekonomi Indonesia.Â
Bisnis UMKM menjadi pilihan masyarakat untuk keluar dari situasi ekonomi berat. Hal ini merujuk pada salah satu kelebihan UMKM yaitu bisa dijalankan dengan modal kecil.Â
Karena itu pemerintah terus-menerus mendorong usaha-usaha mikro, kecil, dan menengah agar dikembangkan untuk menumbuhkan geliat ekonomi di tengah masyarakat. Sebab ketika digeluti dengan baik dan tekun akan sangat profitable.
Meski demikian usaha mikro, kecil, dan menengah ini hanya dapat bertahan bila mengikuti tren masa kini. Pilihannya jelas meng-up date diri atau tenggelam.Â
Apabila usaha-usaha berskala besar menghindari dampak resesi dengan mengikuti tren zaman untuk memperkuat posisi mereka di kancah ekonomi, maka UMKM pun harus mengikuti tren yang ada agar terus berkiprah menyumbang bagi surplus ekonomi Indonesia.Â
Jika usaha besar dapat dengan mudah mengadopsi berbagai teknologi yang masuk untuk menghadapi resesi ekonomi, UMKM pun harus bisa. Tetapi bagaimana caranya, itulah peryanyaan yang perlu dicari solusinya.