Yosua telah membuka kotak pandora dari institusi kepolisian yang selama ini tertutup rapat. Berbagai rumor tak sedap beredar di tengah masyarakat seolah-olah institusi ini hanya berisi orang-orang "kotor".
Kasus kematian BrigadirPadahal seperti yang kita tahu, masih banyak polisi baik yang ada dalam institusi besar ini. Karena itu sangat keterlaluan kalau justifikasi negatif terus kita sematkan kepada polri.
Meski demikian kesempatan ini pun harus digunakan Polri untuk membenahi diri. Anggap saja Sambo adalah nokta hitam yang harus dibersihkan di dalam tubuhnya.
Semoga dengan membersihkan nokta hitam itu, warna putih institusi Polri bisa kembali terpancar.Â
Memang kita harus mengucapkan belasungkawa yang mendalam atas kematian Brigadir Yosua. Tetapi dengan sebuah refleksi yang mendalam kita hanya mau mengucapkan syukur bahwa peristiwa ini akhirnya membuat institusi besar ini bisa mengintrospeksi diri untuk melakukan pembenahan ke dalam.
Andaikata, Brigadir Yosua tidak mati terbunuh, niscaya polri akan merasa baik-baik saja. Bahkan bisa jadi luka busuk di dalam tubuh polri akan terus bertumbuh dan menunggu waktu untuk menghancurkannya dari dalam secara perlahan-lahan.
Kini coba kita kembali kepada Brigadir Yosua. Marilah membuat sebuah pengandaian. Andaikata Brigadir Yosua bisa berbicara saat ini, maka rasa ingin tahun dan penasaran publik bisa terjawab secara tuntas. Hanya pengandaian ini tetaplah tinggal sebagai pengandaian.
Andaikata Brigadir Yosua bisa bicara, barangkali ia akan berterus terang tentang kejadian yang sebenarnya. Mungkin tidak akan ada rekayasa kasus yang begitu menghebokan seantero nusantara.
Andaikata Brigadir Yosua bisa bicara, pasti ia akan bilang jangan membuat goncang institusi yang dia cintai. Institusi yang telah membesarkan dia dari yang bukan apa apa menjadi seorang Brigadir. Sebab kesalahan itu ada pada FS, PC, atau siapapun itu yang mempunyai kepentingan atas kematiannya.
Sayangnya tubuh kaku itu tidak dapat berbicara lagi. Dalam kisah pembunuhan berencana di Duren tiga ini, yang tersisa hanyalah para tersangka, tempat kejadian perkara, dan juga jenasah Brigadir Yosua.
Bahkan jenasah Brigadir Yosua telah diobrak-abrik dengan otopsi dan ekshumasi tidak bisa berbicara banyak. Tubuh yang berbicara tidak akan sebaik mulut yang berbicara. Karena mulut dicipta untuk bisa bercuap-cuap, sedangkan tubuh tidak.