Menurut laporan Kementerian Keuangan sebagaimana yang dikutip dari databoks, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) surpus tahun ini, yaitu sebesar Rp 132,2 triliun pada Mei 2022 atau naik 160,3% dari Mei 2021 yang saat mengalami defesit Rp 219,2 triliun.
Berita ini tentunya sangat menggembirakan di tengah ketidakpastian dunia akibat pandemi dan gejolak dunia yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina.
Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung hampir setengah tahun telah menimbulkan krisis pangan dan pasokan energi di seluruh dunia.
Resesi di depan mata dan telah memakan korban. Sri Lanka adalah salah satu negara yang telah menjadi korban dari resisi dunia yang tidak kompromistis ini.
Langkah konkret yang telah dilakukan Indonesia sebagai Presidensi G20 adalah dengan kunjungan Presiden Jokowi kepada kedua negara bertikai dan bertemu dengan kedua pemimpinnya.
Ini merupakan langkah awal untuk merundingkan perdamaian antara keduanya agar pasokan pangan dan energi kembali stabil.
Sangat disayangkan bahwa dunia yang telah mencekam karena Pendemi Covid-19 harus berlanjut dengan perang yang sudah kehilangan tujuannya selain hanya menambah korban jiwa dan mengacaubalaukan rantai pasok pangan dan energi dunia.
Langkah konkret lain yang dilakukan Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 adalah bagaimana upaya pemerintah untuk mengatasi pendemi.
Pemerintah rela mengalokasikan hampir semua anggaran belanja negara untuk memulihkan instabilitas ini bukan saja dengan menggencarkan vaksin tetapi juga untuk membuat roda ekonomi masyarakat tetap berputar dengan aneka bantuan langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat.
Walaupun dinilai oleh beberapa pihak kebijakan ini hanya bersifat populis tapi fakta menunjukkan bahwa kebijakan ini ternyata efektif dan efesien.
Kebijakan ini terbukti mampu meredam gejolak dan kontraksi ekonomi yang terjadi di tengah masyarakat dimana ada kenaikan harga kacang kedelai, kenaikan harga gandum dunia, kenaikan BBM, dan kenaikan minyak goreng.