Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

AFF U-19 2022: Haruskah AFF Bertanggung Jawab atas Kegagalan Kita?

14 Juli 2022   20:06 Diperbarui: 14 Juli 2022   20:55 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Nasional U-19, Beritasatu.com

Setelah Indonesia gagal melaju ke babak selanjutnya dalam piala AFF 2022, PSSI resmi melayangkan surat protes kepada AFF.

PSSI meminta agar laga Vietnam dan Thailand dinvestigasi karena diklaim ada kejanggalan yang terjadi dalam laga tersebut.

PSSI memastikan patuh terhadap regulasi AFF meskipun itu membuat Indonesia gagal lolos ke semifinal AFF 2022.

Dan memang benar bahwa meski gagal lolos, tapi penampilan tim Garuda muda U-19 di ajang piala AFF 2022 tidaklah mengecewakan.

Meski demikian kita harus menerima kenyataan tersingkir di babak penyisihan group..

Sejak awal kompetisi piala AFF 2022, Indonesia menjadi ancaman tersendiri bagi semua tim-tim yang berlaga di turnamen ini sebab selain perkembangan sepak bola Indonesia yang sudah membaik seiring dengan kepelatihan Shin Tae-yong -- sang arsitek sepak bola asal negeri gingseng ini, tapi lebih-lebih karena Indonesia adalah tuan rumah.

Kita tahu bahwa faktor tuan rumah menjadi salah satu faktor penentu berjayanya sebuah tim meski kadang-kadang justru bisa menjadi boomerang.

Kita kalah head to head karena tidak mampu menciptakan gol saat bermain imbang melawan Vietnam dan Thailand. Sedangkan Thailand dan Vietnam sama-sama mencetak gol 1-1 ketika kedua tim bersua di fase akhir pertandingan group.

Menurut Shin Tae-yong aturan head to head yang dipakai AFF dalam menentukan tim mana yang akan lolos ke babak berikutnya jika di akhir pertandingan grup memiliki nilai sama dianggap sudah kuno karena FIFA dan AFC sendiri tidak lagi memakai sistem penentuan sebuah tim lolos.

Kita patut kecewa karena selain aturan AFF yang merugikan tersebut, Vietnam dan Thailand pun (sepertinya) menerapkan pertandingan sepak bola gajah yang jelas-jelas tidak menunjukkan sportivitas dalam dunia olah raga.

Namun catatan penting yang seharusnya pelatih Shin Tae-yong sudah tahu adalah aturan head to head ini sehingga tidak membiarkan tim kita berada dalam situasi ini.

Ketakutan kita bahwa tim Vietnam dan Thailand akan "main mata" dalam pertandingan terakhir untuk menyingkirkan Indonesia terbukti.

Sebenarnya kita mesti berjuang maksimal saat melawan Vietnam dan Thailand, apalagi kita adalah tuan rumah yang sudah pasti didukung full oleh penonton yang memenuhi tribun. Kemenangan untuk Indonesia yang mestinya menjadi hasil akhir dua pertandingan tersebut.

Tetapi sudahlah, semua sudah terjadi. Ibaratnya nasi sudah jadi bubur. Biarlah kejadian ini menjadi pembelajaran agar kita lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal semacam ini.

Suatu turnamen memang memiliki aturan yang berlaku untuk semua tim tanpa kecuali. Karena itu harus pula ditaati oleh semua tim.

Salah satu penghalang besar kegagalan Indonesia di piala AFF kali ini juga adalah faktor luck. Kita kurang beruntung pada turnamen kali ini.

Bayangkan saja dari produktivitas gol saja kita unggul jauh dari Thailand dan Vietnam. Tetapi itulah sepak bola.

Pertandingan semi final sudah selesai. Hasilnya pun sudah didapat dimana kedua tim, yaitu Vietnam dan Thailand langkahnya sudah dikandaskan oleh Malaysia dan Laos.

Meski demikian tidak lantas kita harus bersorak atas kegagalan mereka. Ini adalah permainan sepak bola dengan berbagai aturan mainnya. Bisa saja, saat ini aturan tersebut merugikan tim kita, namun di saat lain justru sangat menguntungkan kita di lain pihak.

Yang pasti bahwa kita patut berbangga melihat perjuangan tanpa mengenal lelah yang ditunjukkan oleh skuat muda kita.

Walaupun harus tersingkir lebih awal dari piala AFF 2022 tetapi kita bisa keluar dari lapangan dengan kepala tegak karena hasil di atas lapangan menunjukkan kualitas kita lebih baik dari pada Vietnam dan Thailand.

Hanyalah faktor keberuntungan yang belum memihak kepada kita kali ini.

Hasil yang dituai timnas kita di piala AFF 2022 memang mengecewakan, namun ini bukan kiamat bagi sepak bola nasional. Justru ini adalah momen untuk mengintrospeksi diri dan membenahi tim sepak bola kita baik timnas junior maupun senior agar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi ke depannya.

Kesimpulannya jelas, kegagalan tim junior Merah Putih bukan disebabkan oleh AFF tetapi karena kelengahan kita sendiri.  

PSSI sebagai federasi sepak bola Indonesia harus bergerak cepat membenahi kekurangan-kekurangan yang menghambat kemajuan sepak bola kita.

PSSI tidak perlu terbawa emosi dan membuat manuver-manuver yang nantinya merugikan kita sendiri. Selain itu tidak perlu juga membuat sindiran-sindiran untuk kekalahan dari Vietnam dan Thailand.

Inilah sepak bola. Selama pertandingan masih berjalan, bola masih bergulir di lapangan banyak kemungkinan bisa saja terjadi.

Kita tidak perlu menari-nari di atas kekalahan kedua "musuh" babuyutan kita tersebut.

Apa yang dilakukan PSSI memang tidak dibenarkan dan sangat disesalkan.

Sebagaimana diberitakan bahwa setelah kekalahan Vietnam dan Thailand PSSI langsung memposting sebuah foto pelatih Shin Tae-yong dengan ekspresi terkejut seolah-olah tidak percaya dengan hasil yang diperoleh kedua tim tersebut.

Unggahan tersebut ditanggapi oleh media-media Veitnam dan Thailand sebagai sindiran kepada tim mereka.

Hal ini bisa dimengerti dan masuk akal karena PSSI masih terbawa emosi dari permainan kedua tim yang tidak menunjukkan fair play di akhir pertandingan fase group yang menentukan tim mana yang lolos ke semifinal.

Namun perlu dicatat bahwa sebagai sebuah federasi yang menaungi sepak bola tanah air, hal semacam itu perlu dihindari. Kita tidak perlu menciptakan polemik-polemik yang tidak membawa manfaat bagi dunia sepak bola kita.

Mari berkonsentrasi untuk membangun sepak bola tanah air menjadi lebih mantap dan kokoh dengan sistem perekrutan pemain yang lebih fair dan tidak terkooptasi dengan kepentingan-kepentingan besar yang bersifat kolusi dan nepotisme.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita membenahi kompetisi domestik kita agar menjadi lebih baik dan berkualitas.

PSSI sebagai federasi yang menaungi sepak bola Indonesia tidak perlu berkonfrontasi denga AFF. Biar apa yang menjadi kewenangan mereka tetap jadi kewenangan mereka.

PSSI harus fokus kepada pembinaan dan kaderisasi pemain muda lewat kompetisi-kompetisi lokal yang berkualitas sehingga kita akan menjadi lebih bijak lagi di masa depan terutama dalam event-event sepak bola di Asia Tenggara, Asia, dan dunia.

Salam olahraga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun