Semua mata tertuju ke negeri Andrei Savchenko. Hampir semua negara mengecam dan mengutuk tindakan Rusia ini, kecuali Cina yang memilih untuk berdiam diri dan mengamati situasi yang terjadi.
Hemat saya, perang atau tidak perang tergantung kepada Amerika dan sekutunya  Nato dalam merespon operasi militer yang sedang dilakukan Rusia di Ukraina.
Putin sendiri sudah mengingatkan negara-negara lain bahwa akan ada "konsekuensi" yang tidak pernah terlihat sebelumnya bila mereka berusaha mengganggu tindakan Rusia terhadap Ukraina.
Rusia beralasan bahwa mereka tidak melakukan invasi militer. Negara Adidaya tersebut menyebut serangan mereka ke Ukraina itu sebagai demiliterisasi di wilayah timur negara itu terutama di wilayah Donetsk dan Lugansk yang diklaim pro Rusia.
Hanya sekedar memutar kembali waktu sejenak ke belakang, setelah protes pro-demokrasi menggulingkan presiden Ukraina yang merupakan sekutu Rusia pada tahun 2014, Moskow kemudian mencaplok semenanjung Laut Hitam Krimea dari Kyiv. Rusia kemudian mendukung pemberontak yang memerangi pasukan pemerintah di timur negara itu.
Para pemberontak atau oleh Ukraina disebut kaum separatis memang ada di wilayah timur, yaitu Donetsk dan Lugansk. Â
Dengan alibi melindungi kaum separatis di dua wilayah ini maka Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina.
Sementara di pihak lain, Ukraina menganggap tindakan Rusia ini sebagai pendudukan. Karena itu mereka meminta dukungan komunitas dunia internasional untuk terciptanya dialog dengan Rusia.
Volodymyr Zelensky kini tergagap karena janji manis dari Amerika dan Barat kini hanyalah tinggal janji. Mereka ditinggalkan sendirian menghadapi gempuran Rusia.
Untuk sementara respon Amerika dan Nato adalah menjatuhkan sanksi berupa embargo kepada Rusia. Kita akan melihat, apakah Amerika dan Barat mampu meladeni taktik provokasi Rusia beberapa hari atau pekan ke depan.
Ketakutan terbesar masyarakat dunia adalah bila ada pengerahan senjata oleh Amerika dan Nato untuk membalas tindakan represif Rusia. Kalau demikian, perang 100% akan meletus.