Menulis adalah passion. Lalu bagaimana bila passion itu tiba-tiba pergi dari kita. Apa yang harus kita lakukan, berhenti menulis?Â
Sahabat kompasianer dimana pun, kalian pasti pernah punya godaan untuk berhenti menulis. Saya mengalaminya di banyak kesempatan dan waktu. Bayangkan, saya sudah mencoba membangun niat untuk sekurang-kurangnya membuat tulisan untuk blog kompasiana-ku sehari satu tulisan tetapi suatu saat saya merasa kehilangan passion menulis karena faktor percaya diri dan juga merasa ide-ide yang hendak saya tuangkan dalam tulisan itu jauh dari sempurna. Satu sampai dua minggu ide-ide untuk tulisan-tulisanku masih mengalir dengan lancar namun setelahnya, saya mengalami seolah-olah semua ide yang saya punya hilang entah ke mana. Saya berusaha menulis beberapa paragraf yang saya harapkan bisa membangkitan kembali gairah menulisku, tapi tetap saja tidak bisa membantu. Saya merasa seolah-olah tidak tahu bagaimana caranya menulis. Saya merasa gagal karena apa yang menjadi harapan saya yaitu bisa menjadi penulis sempurna tidak pernah kesampaian. Apa yang sudah saya tulis, saya delate kembali karena merasa bahwa tulisan saya jelek. Begitu seterusnya sampai dalam pikiran sempat muncul kata menyerah.
Dan saya mulai berpikir, mengapa saya harus menyerah atau berhenti menulis? Lalu saya membulatkan tekad dan menumbuhkan keberanian untuk memaksa diri keluar dari rasa bosan dan malas itu. Saya harus memotivasi diri agar terus-menumbuhkan gairah itu agar niat dan keinginan untuk menulis tidak mati. Akhirnya saya menemukan satu tulisan yang membahas tentang tiga kebohongan yang membuat seseorang berhenti menulis dari Paul Angone, seorang penulis buku-buku best seller dan pembicara handal.
Ketika membaca apa yang telah ditulis oleh Paul Angone, penulis best seller "101 Secrets For Your Twenties", saya baru memahami bahwa ternyata selama ini saya telah termakan oleh rayuan pembohong yang terus-menerus bersuara di kedalaman diri saya ketika saya mengalami desakan dari dalam diri untuk berhenti menulis. Ia menyatakan bahwa 80 % penulis berhenti menulis karena tiga kebohongan yang mereka katakan pada diri sendiri. Pertama, bisikan yang mengatakan bahwa Menulis Itu Harus Sempurna. Kebohongan pertama ini yang mendorongku untuk berhenti menulis. Padahal, kesempurnaan manusia justru terletak pada ketidaksempurnaannya. Maka menurut Angone menuntut sempurna adalah mustahil. Dalam menulis menurutnya, banyak orang berharap menghasilkan karya yang sempurna. Mereka sedih dan gelisah saat mendapati karya tulis mereka jauh dari yang diharapkan. Ketika godaan untuk berhenti itu datang, saat itulah kita harus terus menulis. Anda hanya perlu menjadi diri sendiri, apa adanya, namun konsisten menulis katanya.
Kedua, bisikan di dalam diri yang mengatakan bahwa Aku Gagal. Kebohongan kedua ini menurutnya yang membuat banyak orang berhenti menulis. Salah satu tantangan terbesar sebagai seorang penulis adalah godaan "saya gagal" yang muncul saat postingan di media sosial mendapat kritikan pembaca. Ini pula yang membuat saya  terkadang merasa gagal saat postingan saya di media sosial tidak mendapatkan signal "like" dari netizen. Postingan saya tampak seperti diabaikan dan dicuekin, tak ada yang merespon.
Ketiga adalah bisikan yang mengatakan Aku Harus Berhenti Sekarang. Kebohongan ketiga adalah ungkapan "aku harus berhenti sekarang". Di saat merasakan gagal, dan menemukan bahwa hasil tulisanku jauh dari sempurna, ungkapan kebohongan ketiga ini berdengung sangat kuat. Ah, saya harus berhenti sekarang. Barangkali saya tidak berbakat dalam menulis. Ternyata ini adalah suara kebohongan yang telah mengecohku selama ini sehingga membuat saya merasa tidak berbakat.
Setelah menemukan para pembohong yang setiap hari menggodakku untuk berhenti menulis maka saya harus membangkitkan suatu perlawanan dari dalam diri. Saya berniat untuk menulis setiap hari. Karena itu, Â saya harus konsisten dengan niat itu. Walaupun gairah untuk menulis kadang begitu rendah tetapi demi konsistensi maka saya harus tetap menulis. Bisikan-bisikan kebohongan ini harus saya atasi.
Semoga niat ini menjadi konsisten untuk saya di tahun 2022. Salam sehat dan waras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H