Jika dahulu dilayani, kini Bepe menjadi pelayan.
Nama Bambang Pamungkas sampai saat ini masih dipercaya untuk menjadi bagian dari Persija Jakarta. Pemain asal Salatiga dipercaya untuk mengisi lini depan Macan Kemayoran. Bersama Rudi Widodo, keduanya akan bersaing merebut perhatian Stefano Cugurra agar dapat dimasukkan ke dalam susunan pemain utama.
Bepe - sapaan akrab Bambang Pamungkas - merupakan salah satu striker terbaik tanah air. Mengawali karir sepak bola dari diklat Salatiga, dan pada tahun 1999 dipercaya oleh Ivan Kolev untuk bergabung dengan Persija Jakarta. Satu musim setelah bergabung dengan Macan Kemayoran, pemain yang lekat dengan nomor punggung 20 ini berhasil membawa Persija Jakarta menjadi juara. Satu golnya di partai final melawan PSM Makassar semakin melengkapi kecemerlangan karirnya meski usianya masih sangat belia.
Pemain yang pernah juga berkarir di Belanda bersama klub EHC Hoansbroek Norad Holland memang sangat manakutkan di depan pertahanan tim lawan. Penempatan posisinya di dalam kotak pinalti ditambah dengan kemampuannya dalam mengeksekusi peluang menjadi gol membuat para pemain belakang semakin waspada. Sampai saat ini Bepe masih menjadi top skor sepanjang masa tim nasional Indonesia seakan membuktikan bahwa kemampuannya sebagai seorang striker tak bisa diragukan.
Keberanian Ivan Kolev dalam merubah pakem sepak bola nasional dalam menerapkan formasi 3-5-2 dengan menggantinya menjadi 3-6-1 saat melatih Persija menjadi awal momentum bersinarnya nama Bambang Pamungkas. Dengan formasi 3-6-1, Kolev hanya menempatkan 1 penyerang di pertahanan lawan. Tugas seorang striker tersebut dibantu oleh 1 pemain depan lainnya yang berdiri di belakang penyerang tunggal. Kolev menempatkan Widodo C. Putro sebagai pembantu Bambang Pamungkas di lini depan. Posisi Widodo yang agak kebelakang memberikan keleluasaan Bepe dalam mencetak gol. Pada awal karirnya Bepe sudah dijadikan target man oleh Ivan Kolev. Sebuah peran yang selalu menempatkan dirinya sendirian di kotak pinalti lawan. Semua alur serangan baik dari kiri, kanan dan tengah akan bermuara pada dirinya. Dan Bepe pulalah yang akan mengeksekusinya menjadi gol. Bepe manjawab kepercayaan Kolev dengan mengoleksi 24 gol pada musim pertamanya di kasta tertinggi sepak bola tanah air.
Prestasi individunya pada musim 1999/2000 membawanya terbang ke negeri Kincir Angin. Meski berkarir hanya selama empat bulan, setidaknya hal tersebut memberikan pelajaran berharga baginya. Sekembalinya dari Belanda, Bambang Pamungkas kembali memperkuat Macan Kemayoran.
Kembali mengenakan seragam Persija, pria kelahiran Getas mendapatkan suasana baru. Pergantian pelatih dari sosok Ivan Kolev ke tangan Sofyan Hadi tak membuat peformanya menurun. Dengan strategi yang hampir sama dengan Kolev, Sofyan Hadi menempatkan Bepe sebagai striker tunggal dengan ditopang Widodo C.P. dan di dukung playmaker klasik sekelas Luciano Leandro. Di akhir musim 2000/2001 perannya sebagai penyerang mengantarkan Macan Kemayoran menjadi juara Liga Indonesia.
Musim terus berlanjut, pelatih silih berganti dan persaingan di lini depan semakin kompetitif. Pria yang lahir pada 10 Juni 1980 tetap menjadi pilihan utama. Dengan didukung keuangan tim yang melimpah seakan mengerti apa saja yang dibutuhkan oleh pemain idola para The Jakmania. Manajemen terus mendatangkan pemain-pemain yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan Bepe di kotak pinalti lawan. Diantaranya ialah dengan mendatangkan Ismed Sofyan dan Elie Aiboy. Keduanya semakin memanjakan Bepe dengan umpan-umpan silangnya. Satu kelebihannya dibanding striker lokal lainnya adalah memiliki kemampuan bola atas yang mematikan. Postur yang pendek seperti pemain-pemain nasional lainnya tak membuat Bambang Pamungkas mati kutu dihadapan bek-bek tanah air maupun bek asing yang biasanya memiliki postur tubuh yang lebih tinggi. Satu nilai plus yang terus menjadikannya sebagai target man yang haus gol.
Bepe muda sudah jadi "pembunuh" berbahaya. Tipikalnya seperti itu membawanya berkarir di Liga Malaysia memperkuat Selangor FC. Untuk menjadikannya sebagai "pembunuh" yang liar, Selangor FC juga mendatangkan Elie Aiboy. Sosok Elie Aiboy sebagai pemain sayap murni dengan kemampuan menyusur sisi lapangan yang mumpuni dan mengakhiri pergerakannya dengan umpan silang yang akurat menjadi sosok penting atas keberhasilan Bambang Pamungkas menaklukan kompetisi negeri jiran.
Sepak bola terus berkembang, bukan hanya manajemen klub yang kian bertransformasi menjadi klub yang profesional tetapi juga peran dan fungsi pemain di atas lapangan. Suami dari Tri Buana Tungga Dewi berhasil mengikutinya dengan baik. Jika dahulu Bepe hanya berperan sebagai penyerang yang diberi tugas di dalam kotak pinalti lawan, kini dirinya juga sering kali bermain sebagai penyerang lubang atau bahkan dimainkan sebagai pemain sayap.
Sebagai penyerang lubang yang biasanya berposisi di belakang striker utama dan berada di depan para pemain tengah, Bepe diberikan tugas sebagai penjemput bola dan pengalih perhatian bek lawan dengan posisinya yang kerap kali turun menjemput bola ke lini kedua. Tidak seperti penyerang lubang lainnya yang mampu membelah pertahanan lawan dengan dribling bola yang begitu lengket. Tugas Bepe tak sebanyak pemain-pemain yang biasanya bermain sebagai penyerang lubang. Dirinya hanya penahan bola, lihai menjadi tembok dan pemantul bola dalam penyerangan, serta membuka ruang untuk pemain lainnya ketika dirinya turun agak kebelakang untuk menarik perhatian bek lawan.