Mohon tunggu...
Oji Saeroji
Oji Saeroji Mohon Tunggu... Dosen - suka ngajar

..terlahir pada 1976 lalu di cirebon,.menulis untuk pembelajaran diri dan memperkaya ide,..mencari ilmu di SMPN Trusmi -SMA 3 cirebon, Ponpes Sunan Pandanaran Yogyakarta - Ponpes Darul Hikmah Lampung - S1 Kehutanan UNILA - S2 Kebijakan Publik UNRI; bekerja di Ditjen Pajak "I'am FISCUS I'am Not Corruptor" pernah berkarya di Sylva Ind, KAMMI, Watala,...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

11 Pahlawan Kopasus

8 April 2013   09:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:32 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak perlu dipungkiri jika persepsi masyarakat kini terbelah antara yang setuju dengan penegakan hukum dengan tindakan “korsa” Kopasusdi LP Cebongan yang menewaskan 4 preman pembunuh Sertu Heri Santoso. Serial kepahlawanan 11 anggota kopasus barangkali bisa dipahami jika meniliki dari sudut pandang keluarga sertu heri santoso dan masyarakat yang kerap dirugikan oleh tingkah laku preman, utamanya di kota Jogjakarta yang dalam beberapa episode sebelumnya kelompok preman dengan terang-terangan berani menganiaya aparat TNI sang pemersatu NKRI.

Namun demikian tindakan kesebelas oknum kopasus yang menyerbu penjara Negara LP Cebongan dengan menewaskan 4 tahanan preman adalah tindakan yang bertentangan hukum. Selama ini premanisme seolah menjadi benalu dan racun luar biasa yang dirasakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari preman-preman tersebut dengan terang-terangan seolah mengangkangi kedaulatan hukum yang ada, perlu upaya tegas dan keras tetapi juga tidak membunuh karena bagaimanapun mereka anak-anak bangsa yang perlu diluruskan kembali.

Keberanian dan trasnparansi Mabes TNI AD menguak kebenaran dugaan masyarakat selama ini yang menyatakan bahwa pelaku penyerbuan tersebut adalah anggota kopasus perlu diapresiasi sebagai bentuk keterbukaan dalam Negara demokrasi. Sudah mafhum adanya jika tentara utamanya dikawasan asia tenggara sebagaimana contoh Filipina, Thailand dan Myanmar kerap berseberangan dengan demokrasi maka keterbukaan bahkan kesiapan TNI AD untuk disidik Komnas HAM sudah cukup member garansi dukungannya terhadap kehidupan demokrasi di NKRI.

Akhirnya paling sederhana ini bisa menjadi pembelajaran dan warning bagi aparat keamanan untuk tidak lagi bermain-main dalam backing membancking kelompok-kelompok preman karena sudah menjadi rahasia umum bahwa para preman tersebut di backing oleh aparat keamanan juga,dan bagi para preman ini bisa menjadi peringatan serius jika melawan symbol-simbol Negara akan mendapatkan pembalasan yang menyakitkan tentu saja kita masih ingat dengan gerakan “PETRUS” penembak misterius yang menyasar para preman di seantero negeri yang hingga kini masih menjadi misterius walaupun masyarakat meyakini kelompok tentaralah pelakunya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun