Satu kalimat atau frasa dari Ahok dilontarkan dan membuat seluruh Indonesia gaduh. Ada fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) bahwa kalimat Ahok tersebut menista Agama Islam atau Kitab Suci sehingga banyak orang marah. Pendengar langsung dari perkataan Ahok sendiri bahkan tidak ada yg keberatan atau tersinggung karena menganggap agamanya dihina.
Frasa “dibohongi pakai ayat tertentu” yg diucapkan Ahok di hadapan masyarakat Kepulauan Seribu sesungguhnya bisa diartikan atau ditafsirkan 2 macam :
1. Seseorang membohongi pihak lainnya dengan ayat tertentu, dimana ayat tsb digunakan sebagai alat untuk melakukan perbuatan kebohongan, sedangkan kebenaran ayat itu sendiri tidak disinggung atau dipermasalahkan.
2. Seseorang membohongi pihak lain dengan ayat tertentu, dimana ayat tersebut digunakan sebagai alat untuk melakukan perbuatan kebohongan, sekaligus ayat tersebut juga dianggap bohong.
Dalam hal ini rupanya point no. 2 yg dipakai oleh MUI sebagai dasar fatwa bahwa Ahok menista Agama Islam. MUI yakin bahwa maksud Ahok adalah point no. 2. Lalu apakah dasar keyakinan itu? Mengapa bukan point no. 1? Itu yg menjadi pertanyaan kunci.
Lalu bagaimana kita bisa tahu arti sebenarnya, dari kalimat tsb, yg dimaksud oleh Ahok, point 1 atau point 2? Apakah Ahok bermaksud menista agama tertentu atau tidak? Dalam hal ini oknum yg tahu persis akan maksud sebenarnya dari suatu kalimat adalah sipembicara itu sendiri (Ahok) dan Tuhan Yang mahatahu. Hanya ada 2 oknum yg tahu. Karena itu cara untuk mengetahui apa maksud Ahok adalah dengan menanyainya langsung orang yang bersangkutan atau bertanya kepada Tuhan. Namun karena Tuhan tidak mungkin bisa dan mau diatur-atur manusia, maka kemungkinannya hanyalah menanyai Ahok langsung.
Lalu kenapa MUI tidak mau bertanya langsung kepada Ahok melainkan langsung menebak dan menembak bahwa arti dari ucapan Ahok adalah sesuai dgn point no. 2, bahwa Ahok menista Agama Islam? Dugaan penulis, MUI sudah tahu jawaban Ahok, bahwa Ahok akan mengatakan bahwa yg dia maksud adalah bukan menista Agama Islam. Dan MUI tidak percaya akan hal itu, atau tidak mau percaya. Pokoknya maksud Ahok pasti menista Agama Islam, kata MUI.
Lalu darimana MUI tahu bahwa Ahok bermaksud menista Agama Islam sedangkan yg tahu persis maksud ucapan Ahok adalah Ahok sendiri dan Tuhan?
Kenapa MUI tidak memilih berprasangka baik bahwa Ahok sebenarnya tidak bermaksud menista Agama Islam, namun memilih berprasangka buruk kepada Ahok? Apakah ada pertimbangan tertentu? Bahwa Ahok selama ini tidak menunjukkan sikap dan perbuatan anti-Islam, bahwa Ahok dekat dengan orang-orang Muslim, bahwa sebagian besar pendukung Ahok adalah Muslim, bahwa banyak sekali Muslim, termasuk ulama-ulama, yg tidak percaya Ahok menista Agama Islam, apakah itu tidak menjadi pertimbangan MUI? Kesatuan, persatuan, ketenangan dan kesejahteraan Bangsa Indonesia yg terganggu karena fatwa tsb apakah tidak menjadi pertimbangan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H