Mohon tunggu...
Sutan Dijo
Sutan Dijo Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pria

Saya tinggal di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hikmah Ahok

30 November 2016   23:17 Diperbarui: 30 November 2016   23:28 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kasus Ahok yg didemo ratusan ribu orang dan membuat geger seluruh Indonesia juga menarik perhatian media-media internasional. Kini Ahok telah terkenal sampai ke ujung bumi. Dunia tahu di indonesia ada Gubernur beragama Kristen dan berasal dari etnik minoritas yang mengepalai admistrasi kota paling besar, paling kaya dan paling terkemukan di Indonesia, negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak di dunia.

Ahok menarik perhatian banyak orang di Indonesia, baik haters maupun loversatau Ahokers.Ahok menjadi bahan tulisan paling gurih bagi wartawan-wartawan media-media di Indonesia baik media cetak maupun media daring. Itulah Ahok yg selalu kontroversial.

Dengan segala kelebihannya yg banyak, diakui atau tidak, Ahok memiliki sisi negatif yg cukup mengganggu. Ahok dikenal sebagai pejabat yg bersih, transparan dan efektif. Dia juga telah banyak membenahi kota Jakarta, meningkatkan taraf hidup banyak orang dan menolong banyak orang kecil dan susah. Namun dia juga dikenal punya masalah pengendalian diri, cukup kasar, sering curiga, sering menuduh dan melontarkan makian dan lontaran yg menyakitkan hati.

Kita tidak berharap dia ramah dan santun terhadap para pencuri, preman, koruptor dan sejenisnya. Kita bahkan berharap dia galak terhadap mereka. Namun yg kita harapkan dia lebih bijaksana dan lebih bisa mengendalikan diri dalam menggunakan lidahnya. Jika dia terlalu gampang memaki dan menuduh, kita kuatir dia akan salah sasaran dan melukai mereka yg sebenarnya tidak layak mendapatkan perkataan pedasnya. Bayangkan, Ahok, yg sulit mengendalikan lidahnya dan sulit dinasihati, begitu hebat dan berprestasi. Apa jadinya jika Ahok juga merupakan sosok yg penuh pengendalian lidah. Sudah pasti dia bisa menjadi sosok yg sangat hebat dan terkemuka, jauh lebih daripada yg sekarang.

Namun Ahok tetap Ahok. Dia keras kepala dan sulit dinasihati. Maka Tuhan mengijinkan apa yg terjadi sekarang terhadap Ahok. Ada kemungkinan Ahok akan dinyatakan bersalah dan dihukum penjara, mungkin 5 tahun. Mungkin inilah jalan terbaik untuk mendidik seorang yg sekeras seperti Ahok.

Namun bukan berarti memfitnah seorang Ahok adalah suatu yg baik, sekalipun Tuhan menjadikannya sarana untuk kebaikan Ahok-untuk mendidiknya. Perbuatan mereka yg menginginkan Ahok dihukum, termasuk mereka yg menyetujuinya, mendukung atau merancang, adalah sebuah pedang kejahatan bermata dua. Mata pedang yg pertama adalah fitnah. Sekalipun Ahok tidak mengucapkan penistaan agama manapun, dia sudah divonis bersalah, tanpa perlu didengar lagi keterangannya. Mata pedang yg kedua, sekalipun Ahok sudah meminta maaf dan menyatakan dirinya tidak bermaksud menista agama, dia tetap tidak dimaafkan. Mereka tidak menuntut Ahok diproses hukum yg adil namun menuntut Ahok dihukum.

Mereka yg menolak memberi maaf kepada seseorang yg sesungguhnya tidak bersalah dan sudah memohon maaf, apakah masih juga berharap Tuhan akan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan mereka? Seperti mereka keras dalam menuntut seorang Ahok, demikian juga hati nurani mereka sendiri yg akan menjadi jaksa penuntut yg keras dan kejam, yg akan melawan mereka di hadapan Tuhan, Hakim yang mahaadil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun