Mohon tunggu...
Sutan Dijo
Sutan Dijo Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pria

Saya tinggal di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akurasi Lembaga Survei Pilpres

8 Juli 2014   18:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:00 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbagai lembaga survei ikut meramaikan suasana pilpres. Tapi berapa besar akurasi, dan kredibilitas, mereka?

Terus terang penulis sangat meragukan kredibilitas dan akurasi mereka. bagaimana mereka objektif jika mereka berpihak, atau memiliki preferensi kepada salah satu capres. hasil survei telah dijadikan alat untuk keuntungan salah satu capres yang mereka dukung, baik dengan bayaran mau pun tidak.

Survei yang dilakukan lembaga surveihanya meliputi paling-paling 1000-2000 orang sebagai sampel ratusan juta orang. Tidak aneh jika hasil survei yang sama bisa berbeda2 hasilnya, tergantung sampel yang mereka pilih. Dan jangan salah jika mereka berkata margin error sekian persen, misalnya 2%. Itu bukan berarti penyimpangan prediksi dari keadaan sesungguhnya (populasi), namun penyimpangan prediksi dari sampel yang hanya 1000-2000 jumlahnya tersebut. jadi jangan berharap pada satu survei untuk menggambarkan keadaan sesungguhnya.

Menurut Irwan Suhanto dari litbang Kompas, mantan direktur INES, suatu survei dengan standar yang ketat membutuhkan waktu tidak kurang dari 3 bulan sampai hasilnya layak disampaikan kepada publik atau pemakai (Kompas.Com, 7 Juli 2014). Bandingkan dengan survei terbaru LSI yang mengunggulkan tipis Jokowi dimana proses pengambilan sampel dilakukan selama kurang dari satu minggu survei, dan tiga hari kemudian hasilnya sudah disampaikan kepada publik. Bisa Anda bayangkan seperti apa kualitassurvei seperti itu. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa hasil survei ini sedikit diatur untuk mengerem penurunan elektabilitas pihak sini dan/atau penaikan elektabilitas pihak sana. Perbedaan tipis ditambah pernyataan Deny JA dari LSI yang mrngatakan dia tidak berani memprediksi hasil akhirnya. jadi kalau Jokowi menang LSI dapat nama, kalah pun dia (LSI) tidak disalahkan.

Lain halnya dengan apa yang disebut quick count. QC melibatkan sampel yang cukup besar dan merata, dan sudah terjadi, jadi hasilnya pasti sangat akurat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun