Apakah benar negara kita ada di tepi jurang kehancuran? Apakah kita salah jalan? Apakah benar keadaan semakin memburuk? Saya katakan sebaliknya sekarang keadaan semakin membaik. Kita tidak salah memilih jalan reformasi.
Tidak seperti di masa kegelapan Orde Baru yg otoriter itu, di masa reformasi ini kekuasaan sudah terbagi2. Pemerintah (eksekutif), yudukatif dan legislatif sudah sejajar dan independen satu sama lain. Mereka dalam posisi dsaling mengontrol. Bahkan pemerintah atau eksekutif pun kewenangannya sudah dibagi2 lagi, daerah2 sudah lebih independen karena ada otonomi daerah dan pemilihan kepala daerah secara langsung. Bahkan otoritas di bidang moneter sudah diserahka sepenuhnya kepada bank sentral yaitu Bank Indonesia.
Di samping itu untuk memperkuat kontrol kepada lembaga2 yg berotoritas dibentuklah komisi2 pengawas yg independen. Yang paling menonjol adalah Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Hak Asasi Manusia dan komisi Yudisial. Mereka mempunyai independensi dan tidak berada di bawah kontrol lembaga2 lain ; dan mereka dipilih secara transparan. Ada banyak lembaga pengawas lain di berbagai bidang.
Tidak cukup hanya itu di luar pemerintahan banyak sekali LSM yg berfungsi sebagai pengawas (watchdog) yg tidak segan berteriak jika ada yg tidak beres, tanpa takut keselamatan mereka ternacam seperti di jaman orba, Ada kebebasan bersuara dan berpendapat. Dan jangan lupa media. Media kita sekarang sangat bebas dan gemar menyoroti dan menginvestigasi berbagai isu tanpa takut dibreidel seperti dulu.
Inflasi dan nilai tukar matauang kita selama10 tahun ini relatif terkontrol dan stabil. Cadangan devisa terakhir mencapai kurang lebih USD 116 miliar. Pendapatan perkapita sudah mencapai USD 2.000, dengan PDB sebesar kira2 5.000 triliun rupiah.
Memang nampaknya banyak sekali masalah dan ketidak-beresan di negeri kita ini, sehingga sebagian orang menjadi demikian pesimis dan frustrasi, tak terkecuali para pemimpin masyarakat. Di pandangan mereka seolah2 semua menjadi memburuk dan tidak beres. Mulai masalah korupsi , pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan beragama, keamanan, terorisme, pendidikan, ekonomi, lingkungan, kemacetan, seolah2 semua yg buruk muncul berbarengan bagaikan kotak pandora yg dibuka.
Akibatnya munculah sifat manusia yg buruk itu : sifat menyalahkan dan mencari kambing hitam. Dan siapa lagi yg paling disalahkan selain pemerintah, dan kepala negara? Seolah2 ini semua salah pemerintah dan presiden yg sekarang ini. Dan lucunya yg paling vokal bersuara sekarang ini adalah pemimpin organisasi keagaan terbesar yg dulu adalah politikus dari partai yg mewakili rezim orba, yg sudah merusak negeri ini. Yg jadi pertanyaan mengapa dulu dia diam saja? Takut? Atau bahkan dia juga menjadi bagian semua itu? Kelihatannya begitu. Sekarang siapa pun bebas mengeritik bahkan menghujat, tanpa takut2, jadi sekarang dia bersuara sangat keras. Sangat keras tapi tidak tepat dan proporsional.
Kembali ke kondisi negara ini yg nampaknya memburuk, bahkan dikatakan : "di tepi jurang kehancuran." Benarkah? Saya bilang dengan seyakin2nya bahwa itu tidak benar. Hanya kelihatannya saja seolah2 begitu. Kenapa? Karena masyarakat kita makin lama makin transparan dan bebas. Semua masalah itu memang ada tapi bukan baru muncul sekarang, melainkan baru kelihatan sekarang, dan makin lama makin jelas karena kita makin transaparan. Jadi walau pun kondisi kita sudah berangsur membaik dan kita sudah ada di jalan yg benar nampaknya segala sesuatu memburuk karena segala sesuatu makin terang dan transparan.
Masalah2 yg kelihatannya bermunculan sekarang ini jelas2 adalah warisan orba atau ekses dari masa lalu , bukan baru muncul sekarang. Pada waktu itu semua akses pemberitaan dikontrol, kejadian dan keadaan sebenarnya ditutup2i, dan tidak ada kebebasan berpendapat dan bersuara. Kekuasaan sangat terpusat pada satu rezim, satu partai, satu kelompok dan satu individu. Eksekutif, legislatif, yudikatif, daerah, moneter, media, semua dikontrol dan dikuasai. Keadaaan serba gelap sehingga kita tidak menyadari betapa korupsi, kerusakan moral dan lingkungan berlangsung besar2an, meniru teladan dari sang penguasa tunggal yg kebal hukum itu.
Ingatlah betapa waktu itu perbedaan pendapat bisa berarti terancamnya keselamatan, matinya karier dan sulitnya hidup. Ingat Petisi 50? Pada waktu itu Pucuk pimpinan justru menjadi teladan korupsi. Ingat Jenderal Hoegeng, yg legendaris itu karena jujurnya. Pada suatu hari dia datang kepada bossnya, betapa terkejut dan kecewa Hoegeng. Ternyata buronan perusak ekonomi yg sedang dia kejar2 sedang menjadi tamu terhormat dari sang boss. Dan kita tahu kemudian nasib Hoegeng dan keluarganya,
Mengingat masa2 gelap itu kita harus bersyukur keadaan sekarang jauh lebih baik. Walau pun korupsi, koruptor dan pembawa masalah2 lain masih merajalela, tidak seperti dulu mereka sekarang tidak begitu mudah bergerak seperti dulu lagi. Ada banyak hal sekarang yg mengecewakan karena harapan kita begitu besar, kita ingin berlari cepat bahkan meloncat jauh ke depan, tanpa menyadari bahwa banyak sekali tali temali dan lubang2 warisan rezim dulu yg begitu menggelanyuti kaki kita untuk berlari cepat. Kita masih sedang menuai tanaman jangka panjang yg ditanam oleh rezim orba sehingga keadaan tidak selalu seperti yg diharapkan.