Mohon tunggu...
Sutan Dijo
Sutan Dijo Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pria

Saya tinggal di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

(3/7) Logiskah Teori Evolusi Darwin?

23 Agustus 2010   18:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:46 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah suatu fenomena yang menakjubkan bahwa sekalipun bukti-bukti dan rasionalitas teori evolusi sangat lemah namun teori ini sangat populer terutama di dunia barat. Pada umumnya orang menerima teori ini dengan begitu saja sebagai fakta tanpa memikirkannya lebih jauh. Bahkan sebagian besar ilmuwan menerima teori ini sebagai suatu fakta yang sudah dibuktikan, kecuali beberapa tokoh ilmuwan, di antaranya Adam Sedgwick (guru Darwin).

Oleh sebab itu saya berpendapat bahwa kekuatan atau akar dari teori ini bukanlah terletak di bidang sains atau logika berpikir yang rasional tetapi pada sesuatu yang lebih bersifat filosofis dan spiritual. Dasar dari teori evolusi adalah ‘teori kebetulan’ artinya semua kejadian di alam semesta ini, bahkan terjadinya alam semesta ini semata-mata karena kebetulan. Menurut ‘teori kebetulan’ tidak ada yang mengendalikan semua peristiwa dalam alam semesta, semua peristiwa yang terjadi bersifat tidak berakal dan tidak bertujuan. Dan itu artinya tidak ada Tuhan, Sang Pencipta. Ya, akar dari teori ini adalah ateisme, suatu kepercayaan bahwa tidak ada Tuhan, yaitu suatu penolakan dan pemberontakan terhadap adanya Sang Pencipta.

Jadi asumsi dasar dari teori ini adalah Tuhan, Sang Pencipta itu tidak ada, oleh karena itu semua peristiwa tidak ada yang mengendalikan melainkan semua itu merupakan suatu proses yang tidak berakal,  tidak bermoral dan tidak bertujuan. Dan tentu saja sangat mudah untuk membantah dan membuktikan bahwa asumsi yang demikian adalah sangat tidak rasional. Tetapi karena akar atau kekuatan teori ini lebih bersifat filosofis spiritual, yaitu pemberontakan terhadap Sang Pencipta, maka sekalipun secara sains dan rasionalitas teori ini tidak sah ( valid ) ia akan tetap berakar dan bertahan dengan kuat dalam masyarakat.

Teori ini merupakan benteng dan pijakan satu-satunya bagi rasio dari kaum ateis. Hal ini diakui oleh seorang tokoh dari teori evolusi. Sir Arthur Keith, yang menulis pendahuluan dalam buku Origin of Species ( yang merupakan ‘kitab suci’ bagi kepercayaan ini ) berkata, “ Evolusi belum dibuktikan dan tidak dapat dibuktikan. Kami mempercayainya karena alternatif satu-satunya ialah penciptaan khusus yang bagi kami tidak masuk diakal!” Teori evolusi merupakan pelarian nalar bagi mereka yang tidak percaya bahwa ada Tuhan, Sang Pencipta, yang menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun