Orang Kristen sering mengatakan bahwa Yesus menanggung dosa umat manusia, yang percaya kepadanya. Oleh karena itu dengan percaya kepada Yesus setiap orang dijamin masuk surga. Dijamin, loh! Bukan mudah2an, tidak usah menunggu hitung2an terakhir antara dosa dan amal ibadah. Sudah pasti dijamin masuk surga, sebesar apa pun dosanya! Tidakkah ini tawaran yang menggiurkan? Tidakkah ini berita baik dari Surga? Dengan mengutip Alkitab : “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal (maksudnya Yesus Kristus), supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Terhadap semua ini banyak orang mengerenyitkan kening. “Tidak adil, tidak mungkin”, kata mereka. “Dosa ya harus ditanggung masing-masing orang yg melakukannya ; masak situ berdosa orang lain yang disuruh nanggung, enak bener!” “Tidak tahu diri”, “Ajaran aneh”, “Mau enak sendiri, bersenang2 di atas penderitaan orang lain.” Yesus mati menderita di kayu salib, eeh.., orang Kristen yg ditanggung dosanya malah bersyukur ; paling2 mereka merasa terharu, meneteskan air mata (sambil menonton filem “The Passion of Christ), sambil berkata terimakasih ya Yesus atas kasih dan pengorbananmu sehingga kami selamat. Hanya sebegitu sajakah? Betapa enaknya? Kebanyakan orang Kristen mempunyai pengertian seperti itu. Makanya orang non-Kristen sering mengolok.
Tapi setelah menyelidiki Alkitab pengertiannya tidak persis seperti itu. Maksudnya tidak benar orang Kristen mendapatkan keselamatan gratis di atas penderitaan Yesus Kristus; gratis dalam arti seperti seseorang mendapatkan hadiah dari orang lain, tanpa si pemberi memperoleh sesuatu. Tidak begitu!
Keselamatan memang dibayar oleh Yesus tapi dia (Yesus) juga memperoleh imbalan. Imbalannya adalah kepemilikannya atas orang tersebut. Tebusan memang dibayar tapi sekarang dia adalah milik orang lain (si penebus), dia bukan orang bebas lagi. Dia adalah budak yang tidak mempunyai hak apa pun ; tidak mempunyai milik apa pun, termasuk dirinya sendiri (termasuk tubuhnya, kehendaknya, jiwanya, cita2 dan masa depannya) bukan miliknya.
Inilah harga keselamatannya : menjadi milik orang lain. Menjadi milik orang lain berarti harus mau melakukan apa pun yang dikehendaki oleh orang tersebut, harus mau diperlakukan semaunya oleh pemiliknya. Pendeknya dia sama sekali adalah orang yang tak bermilik, lebih miskin daripada orang paling miskin di dunia. Jiwa dan tubuhnya dan hidupnya sudah menjadi milik orang lain, bukan milik dirinya lagi ; karena ditukarkan dengan keselamatannya.
Jadi apakah orang Kristen masih mau mempertahankan transaksi yang demikian? Menerima keselamatan dengan menukarkan kebebasannya dengan menjadi milik (budak) Sang Penebus Dosa? Sekali pun si pemilik (Yesus) adalah orang yg sangat mengasihinya? Yesus pernah memberi nasihat kepada orang2 yg hendak mengikutinya supaya orang tsb menghitung2 dulu untung ruginya mengikuti dia, karena ada harga yg harus dibayar untuk mengikuti dia. Jangan sampai dia seperti orang yang mulai membangun tapi kemudian berhenti di tengah jalan karena tidak sangup membiayainya.
Tidak seperti dibayangkan kebanyakan orang, mengikuti Yesus menuntut penyerahan diri yang sangat total. Tidak mungkin orang bisa selamat jika tidak menjadi milik Yesus. Yesus satu2nya manusia yg tdk berdosa, jadi hanya dia yg layak masuk surga. Tentunya dia masuk ke surga dengan semua harta bendanya, semua miliknya, yaitu orang2 yg menyerahkan diri kepadanya, yg telah dibayar dengan darahnya.
Salam damai sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H