Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pentingnya Edukasi Tidak BABS Sembarangan

13 November 2023   09:57 Diperbarui: 14 November 2023   10:05 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamban Apung di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Rabu (19/2/2020)(KOMPAS.COM/JIMMY RAMADHAN AZHARI)

Maka bisa dibayangkan bagaimana jadinya pantai yang saat itu masih menjadi jalan utama ke desa-desa tetangga dilalui. Bertebaran feses itu di mana-mana. 

Periode 2001 ke atas, atau setelah konflik SARA. Sedikit demi sedikit jamban mulai menjadi perhatian pemerintah. Satu dua rumah mulai membangun jamban, juga satu dua bangunan proyek pemerintah masuk ke desa. Meski harus diakui antara jumlah penduduk dan jamban tidak seimbang.

Lalu apakah adanya jamban tersebut warga berubah perilakunya? Tidak sama sekali. Jamban hanya bangunan, dan pantai adalah sesungguhnya jamban.

Periode itu terus berlanjut hingga hadir Puskesmas sebagai tongkak kesehatan masyarakat. Kehadiran puskesmas Mateketen Makian Barat, selain sebagai pusat kesehatan juga mempunyai andil dalam melakukan perubahan pola pikir masyarakat khususnya BABS.

Meski harus dilakukan step by step. Tahun demi tahun. Puskesmas yang berstatus Madya dan tahun depan bakal naik status Paripurna ini terus melakukan sosialisasi, edukasi hingga pemantauan langsung ke desa dan rumah tangga penduduk.

Buah dari upaya para tenaga kesehatan maupun program pemerintah, serta tekanan kuat dari kebijakan pemerintah desa pada akhirnya memberikan dampak positif. Pola pikir masyarakat berubah dan meninggalkan kebiasaan BABS di ruang terbuka selama dua tahun belakangan.

Apresiasi patut diberikan kepada mereka meski sebagian besar status pegawainya hanya kontrak. Juga kepada pemerintah desa yang terus mendorong realisasi tercapainya program-program kesehatan.

Buang Air Besar Sembarangan memang menjadi perkara yang tidak mudah diselesaikan. Bahkan di Indonesia sendiri, BABS terbilang cukup tinggi.

Berdasarkan data BPS Tahun 2020-2022, rumah tangga yang masih mempraktekan BABS mencapai 5,68 persen. Dari data tersebut, sebaran rumah tangga yang masih BABS sembarangan terjadi di kawasan pedesaan (10 persen). 

Sementara secara total jumlah rumah tangga yang memiliki sanitasi layak 80.92 persen. Dikutip dari Kompas.com, berdasarkan hitungan kassr ada sekitar 3,838 yang BABS sembarangan.

Sementara dari sumber Databoks, selama tahun 2011-2021 terjadi penurunan angka rumah tangga yang BABS sembarangan meski demikian masih ada 5 persen BABS sembarangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun