Dalam video reels kompas, setiap kelahiran satu anak, mereka bakal menanam pohon bersama dengan ari-ari anak mereka. Maka pentingnya pohon bagi mereka tak sekedar dimanfaatkan, tetapi merupakan bagian dari dalam diri. Tentu, masuknya orang luar adalah ancaman bagi Suku Togutil. Dan tak segan-segan melakukan penyerangan jika merasa terancam.
Terancam Ekpansi Pertambangan
SDA yang melimpah menarik banyak perusahan-perusahan melakukan ekspansi bisnis. Belakangan, ekspansi ini semakin masif terjadi karena berbagai Izin dikeluarkan.Â
Hutan Halmahera memiliki potensi sumber daya yang sangat melimpah. Baik kayu hingga kandungan mineral.Terusir dari hutan rumah sendiri merupakan fenomena yang belakangan dirasakan baik penduduk lokal hingga Suku Togutil. Hutan gundul, pohon-pohon tumbang berserakan, dan sungai tercemar, mau tak mau membuat mereka angkat kaki. Masyarakat harus merelakan lahan-lahannya dan pindah. Begitupun Suku Togutil .
Dikutip dari TribunPapua.com akibat ekspansi tersebut, salah satu suku togutil yakini kelompok Akejira dengan 11 anggotanya harus pindah karena kehilangan sumber pangan. Bahkan dalam beberapa tahun ini, banyak dari mereka (Suku Woesopen) keluar hutan untuk meminta beras ke perusahaan kayu.(2)
Ekspansi pertambangan dalam mengeruk sumber daya alam ini sudah banyak ditentang. Terutama pembukaan lahan baru yang mengambil bagian hutan tempat di mana Suku Togutil berada. Berbagai aksi perlawanan baik dari masyarakat adat, mahasiswa hingga politisi tak memberikan dampak. Kondisi yang sesekali menimbulkan kontak fisik.Â
Perusahaan terus melakukan operasi dengan membuka lahan-lahan baru sejak tahun 2018. Masyarakat adat yang awalanya mempertahankan wilayahnya dengan terpaksa harus melepas kepemilikan.
Ya, kekuatan kekuasaan jauh lebih hebat menanakan ketimbang masyrakat yang terus berharap agar lahan-lahan mereka tidak diakopasi.
Berdasarkan catatan Mongbay Indonesia, Kawasan Halmahera khusunya Halmahera Timur merupakan kawasan industri strategis. Dengan lahan yang diperlukan 867,44 hektar yang dibangun bertahap. Dan bakal ada tambahan lagi sebesar 8.000 hektar.
Luas lahan itu baru di kelola satu perusahaan. Belum menghitung banyaknya perusahaan yang beroperasi dengan cakupan lahan masing-masing sesuai izin. Tentunya ini menjadi catatan tersendiri. Utamanya demi menjaga keberlangsungan Suku Togutil. Suku terakhir penjaga hutan Halmahera.
Pembangunan berkelanjutan dengan menekankan aspek saling menguntukan harus dikuatkan. Jika tidak demikian maka kedepan, hutan-hutan Halmahera mungkin bakal benar-benar hilang akibat ambisi pendapatan dan, nasib Suku Togutil hanya tinggal cerita. (sukur dofu-dofu)