Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Para Penjaga Makanan

8 Oktober 2023   21:23 Diperbarui: 10 Oktober 2023   14:50 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah sejak dulu, hanya ada satu sosok di setiap hajatan berbasis gotong royong utamanua Leliyan yang menjaga makanan. Ia yang memberikan titah, makanan-makanan apa saja di keluarkan, disajikan hingga dibagikan ke seluruh penduduk desa.  Selebihnya, tidak boleh ada campur tangan. Mereka Ialah hakim dalam manajemen tanpa buku teks.

Saya sangat suka suasana ketika para warga desa menepihkan waktu pribadinya dan bahu gotong royong khususnya dalam kegiatan Leliyan, bersama warga lain menyukseskan agenda dari pemilik hajatan.

Mereka meninggalkan aktivitasnya sebagai petani atau nelayan. Memilih tidak masuk hutan atau memancing. 

Dari pagi hingga malam, warga aktif melakukan kegiatan di lokasi hajatan. Mengambil kayu di hutan, membela kayu, mengupas kelapa, membuat minyak kelapa, membuat santan, memasang tenda, mengangkut meja, memasak (menanak nasi, sayur, ikan dan lauk pauk) serta aktivitas lainnya yang diperlukan.

Bagian memasak inilah yang juga tak luput dari perhatian. Di mana semua hasil makanan  seperti kue dan roti, di jaga oleh seseorang.  Di sebuah ruangan khusus yang tidak bisa dimasuki orang lain selain dirinya. Biasanya ruangan ini ialah ruangan untuk menyimpan roti atau kue.

Sementara makanan hasil masakan atau ayami, juga punya tempat khusus di dapur, juga dijaga olehnya atau seseorang yang sudah menyandang status dipercaya. 

Mereka biasa dibantu beberapa orang, tak lebih dari 5 orang jika tiba saat makan siang. Atau saat puncak hajatan. Di mana kesibukan sesungguhnya dimulai.

Bagi saua, ini sebuah tradisi unik. Saya sering menyebutnya sebagai manajemen paling klasik tanpa buku teks. Tidak dipelajari, tapi di turun temurun dipraktekan.

***

Seorang warga menjalankan tugas sebagai pelayan bagi yang sedang santap makan (dokpri)
Seorang warga menjalankan tugas sebagai pelayan bagi yang sedang santap makan (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun