Informasi beredar dengan cepat. Kehadiran kami mengudang minat warga. Â Tua, Muda hingga anak-anak berbondong-bondong menuju lokasi pengambilan video esok harinya. Â Antusiasme begitu tinggi ditunjukan lewat bantuan-bantuan yang mendukung Fajrin dan tim seperti soundsystem, genset hingga set lokasi.
Pengambilan video dimulai dengan merekam lima pasangan siswa-siswi sekolah dasar menari tarian togal; tarian adat Suku Makian. Setiap gerakan direkam Fajrin dengan serius.  Dari sisi kiri, kanan, depan hingga menerbangkan drone agar mendapatkan kualitas video yang menarik. Hal yang sama juga dilakukan beberapa set lokasi. Proses pembuatan  konten dilakukan selama empat hari tanpa melupakan unsur sosial budaya yang menjadi kekuatan konten. Masyarakat desa juga tak henti-hentinya memberikan apreasiasi atas lagu ciptan dan menjadikan desa Malapa sebagai lokasi konten.
 Mengubah Arah Berkarya
Terjun ke dunia konten kreator tak pernah terbesit dalam diri seorang Fajrin. Lulusan Sarjana Ekonomi  ini berkeinginan melanjutkan studi atau bekerja di dunia pertambangan. Ketertarikannya bermula di tahun 2018, ketika memiliki satu kamera bekas pemberian temannya. Fajrin mulai mempelajari dunia fotografi dengan konsep backsreet.
Keterlibatannya dalam proyek video nelayan pesisir kemudian menyulut semangatnya mempelajari lebih dalam tentang konten video. Dia belajar otodidak melalui Internet. Seperti kebanyakan konten kreator di timur yang rata-rata mengadalkan Internet sebagai media belajar.  Hasil belajar otodidak tersebut lambat laun menunjukan hasil.
Fajrin menghasilkan banyak konten-konten bertema pemandangan alam di Maluku Utara. Kekhususan konten bertema alam lataran arus utama konten kreator di Maluku Utara berfokus pemandangan alam. Namun dalam perjalanannya mengunjungi banyak dasa, ia menemukan fakta terkait minimnya literasi bahasa daerah khususnya bahasa suku/etnis yang diparaktekan. Temuannya tersebut sejalan dengan data dimana Maluku Utara, ada bahasa yang telah punah.
Berdasarkan Publikasi Long From Sensus Penduduk 2022, penutur bahasa daerah antar Pre-Boomer (lahir 1945) ke generasi gen ZÂ (1997-2012) dan Post Gen Zet (Lahir 2013 dst) semakin menurun. Dimana persentasi penduduk menggunakan bahasa daerah di keluarga Pre Boomer sebanyak 87.13 persen turun menjadi 24.19 di generasi Post Gen Z.Â