Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menjaga Asa Gurihnya Bawang Goreng Topo, Produk UMKM Desa Tutuling Jaya bersama Infomo

3 Desember 2022   18:24 Diperbarui: 3 Desember 2022   18:45 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alat pengeringan setelah penggorengan (dokpri)

Tahap selanjutnya setelah dilakukan penggorengan ialah penirisan dan pengeringan menggunakan alat khusus. Proses kemudian berlanjut ke penimbangan dan packaging. Semua proses perjalanan produksi nilai tambah ini kami rekam tahap demi tahap.

Dalam proses perekaman itu, Pak Wiyardi, Ketua Kelompok Pelaku Usaha UMKM yang juga turut serta dalam proses pengambilan berujar " Semoga dengan bantuan kalian banyak konsumen dan pasar yang terbuka pada Produk Bawang Goreng  olahan kami".

Pengemasan (dokpri)
Pengemasan (dokpri)

Pak Winardi sendiri dipercayai sebagai ketua kelompok UMKM Subur Jaya Bersama. Ide untuk mengolah bawang merah topo menjadi produk bernilai tambah berawal dari kerisauannya melihat harga panen petani budidaya bawang merah jenis lokal Topo di tingkat Petani.

Bawang topo  merupakan komoditi bawang merah  yang berasal dari Desa Topo, Kota Tidore Kepulauan. Penamaan Topo merupakan produk endemik  dari Desa Topo. Bawang merah ini berbeda  dengan bawang pada umumnya.  Strukuturnya lebih besar di banding bawang biasa. Mirip seperti bawang suing tunggal yang banyak dikembangkan di NTT. (1)

Pak Winardi dan Produk Bawang Goreng Topo (Dokpri)
Pak Winardi dan Produk Bawang Goreng Topo (Dokpri)

Sejak lima tahun belakangan, Bawang Topo menjadi komoditi yang dibudidayakan banyak petani di Desa Tutuling Jaya. Alhasil produksi melimpah. Pasar tidak mampu menyerap semua produksi tersebut dan membuat petani rugi. 

Atas dasar itu, Pak Winardi berkolaborasi dengan pemerintah desa melakukan inovasi pengolahan bawang merah Topo yang tidak terserap menjadi produk bernilai tambah. Inovasi ini juga memberikan angin segar bagi petani budidaya di mana panen mereka dapat terserap dengan harga yang baik. 

UMKM pengolahan bawang goreng kemudian berdiri dan berjalan. Namun beberapa tahun belakangan, sejak pandemi melanda, usaha seperti hidup tak segan, mati tak mau. Produk bawang goreng tersebut rupanya tak laku. Permintaan menurun dan baru di produksi jika ada pesanan. Itupun sebungkus dua bungkus. 

Petani bawang merah topo (dokpri)
Petani bawang merah topo (dokpri)

Strategi pemasaran yang dilakukan masih terbilang cukup tradisional yakni dengan mengirim produk ke toko di Kota Ternate dan sekitarnya.  strategi ini lambat laun menjadi kelemahan. sementara penggunaan teknologi internter belum banyak dipahami dan diterapkan. Kehadiran kami bertiga menjadi asa keberlangsungan usaha yang mereka rintis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun