Pesta demokrasi 2024 masih setahun lagi. Tetapi perang elit atas rupa-rupanya sudah memanas. Elit-elit atas ini mulai memanaskan mesin pertempuran. Bahkan beberapa elit dengan partainya seperti NasDem bergerak lebih dulu mendeklarasikan Jagoannya.
Tentu, partai lain tak tinggal diam. Walau penerapan strategi masih pada tataran kajian elektabilitas, lempar kandidat hingga strategi pendzoliman ketimbang buru-buru mendeklarasikan. Masih bertaruh pada elektabilitas ketokoan. Kajian-kajian.Â
Pertarungan elit guna mengusung kandidat Calon Presiden dan Wakil Presiden akan datang semakin sengit. Setiap unsur pendukung secara internal maupun eksternal mulai ditata kembali. Diperkuat pusat sampai daerah.
Satu yang menarik dari pertarungan politik elit ialah perebutan kursi pejabat sementara kepala daerah. Demokrasi 2024 mendatang mengharuskan semua kepala daerah wajib meletakan jabatannya lebih tempo.Â
Kekosongan inilah yang menjadi pertarungan politik elit lokal. Diam memang tetapi dalam konteks kedalaman, potensi lobi-lobi sangat kental. Punya jaringan kuat berarti berpotensi menduduki jabatan itu. Apalagi masuk nama yang direkomendasikan oleh Gubernur ke Kemendagri.
Walau begitu, belum tentu yang direkomendasikan bakal terpilih dengan mudah. Kebanyakan kasus, rekomendasi itu justru gugur dengan penetapan nama lain di luar rekomendasi. Inilah menariknya. Bagaimana bisa nama itu melewati aturan adminstratif hingga menang?
*
Bertemulah kami di sebuah kedai kopi bilangan Jakarta Timur. Seorang PNS kenalan saya. Punya pangkat tinggi dan sudah masuk jajaran pejabat. Ia menduduki posisi penting di salah satu kementrian.
"Lama tidak bertemu Dik," Sapa pria yang biasa saya sapa Kakanda.
"Maaf Kanda. Adik sedikit sibuk dengan beberapa proyek penelitian," jawabku.