Sebulan sudah melakukan perjalanan. Dimulai dari Jakarta dan Depok bergeser ke Semarang, Magelang, Solo, Wonogiri, Klaten, pindah lagi ke Surabaya, Jember dan dua hari mampir ke Bali.
Dalam sekian perjalanan itu, banyak hal tertangkap mata. Budaya, tradisi, dialek, karateristik wilayah, makanan, cuaca, wisata hingga birokrasi. Satu kesukaan saya ialah bertemu orang baru, cerita-cerita baru.
Perjalanan di mulai dari Kota Semarang, bersama seorang teman dari Surabaya, teman seangkatan sewaktu di IPB University, kami melaju membelah jalanan antar kabupaten di Jawa Tengah.
Bermodal sepeda motor yang baik hati dipinjamkan oleh kenalan di Kabupaten Magelang, kami menjajal jalan menuju setiap kabupaten kota di atas. Tak hanya sekali pergi, butuh dua sampai tiga kali bolak balik.
Dalam seminggu, tujuh puluh persen waktu dihabiskan di jalan baru rehat pada hari Sabtu dan Minggu.
Penelitian Jawa-Bali membawa saya bisa menjajal kabupaten/kota ini. Sebuah kesempatan langkah yang langsung saya iyakan. Saya yang awalnya hanya ditugasi di Jakarta-Depok harus bergeser membantu pengambilan data di Jawa Tengah dan Bali.
Pengalaman yang luar biasa tentunya. Merubah cara pandang wong ndeso yang masih melekat.Â
Sentimen pembangunan, menjadi hilang hanya dengan melihat jalanan berlubang, ibu-ibu yang dibahunya tertikat bawaan berat menjajal medan terjal pegunungan diantara Merbabu-Merapi, hingga istri yang setia menemani suaminya berjualan di samping jalan menuju Kabupaten Wonogiri. Dan banyak hal lagi.
Bermula di Kabupaten Klaten. Di sini, dua hari saya rehat dan di ajak jalan-jalan. Ngopi di Candi Mendut lalu keliling ke Borobudur. Tidak masuk, hanya keliling mengingatkan kembali kenangan tahun 2019 silam.