Ketertarikan saya pada sebuah sepeda yangÂ
Pukul satu siang, dari stasiun Gondangdia saya menumpang Gojek ke Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Jalanan Jakarta memang tak cocok buat menikmati pemandangan, tak pernah ku jumpai langit cerah lantaran tersandera polusi.Â
Di tujuan, harga lebih harus dikeluarkan. Naiknya BBM berdampak pada penyesuaian harga disegala lini. Termaksud bidang Transportasi Online. Beberapa hari ini, saya merasakan betapa harga berjalan ikut naik.
Sejam rasanya sangat cepat. Pukul dua siang, segala keperluan yang saya inginkan sudah terpenuhi. Pulang adalah jalan terbaik setelah sejak pagi mengunjungi beberapa kantor.
Handpone sudah ku raih, aplikasi ojek online sudah ku pencet sembari mencari alternatif harga yang sedikut murah antara Stasiun Juanda atau Gondangdia. Walau beda dua ribu, pilihan konsumen harus bijak digunakan.
Belum lagi hendak memencet, saya terhenti di jalan keluar. Mata saya menangkap sesosok pria tua, duduk di kursi plastik. Di depannya terparkir sepeda tua yang dijadikan media dagangan. Keraguan sempat menyerang, namun takdir sepertinya sudah di atur.
Handpone saya sakukan kembali. Mengurungkan niat untuk pulang. Saya berjalan kearahnya sembari memerhatikan dengan jeli dagangan yang berada di sepeda tersebut. "Siomay Ikan" tertulis di sebuah kertas yang menempel dibelakang sepeda.
Tepat, saya butuh makan. Perjalanan hari ini belum sedikitpun asupan masuk memenuhi lambung. Â Saya memesan seporsi dan duduk dibawah rimbunan pohon. Sedikit menyejukan.Â
Rimbunan dari deretan pepohonan besar di depan perkantoran ini rupanya juga menjadi tempat berteduh beberapa pekerja, ojek online dan jadi tempat mangkal pedagang. Walau selokan besar disampingya begitu menggangu. Hitam dan pekat dan bauh. Keseimbangan yang tak setara.
 Seporsi siomay saya makan dengan cepat. Beberapa menit saja. Lalu menyerahkan piring, membayar lalu duduk disampingnya.Â