"Saya di beri jimat, katanya biar cepat dapat jodoh," ungkap salah satu wanita berumur 30 tahun sambil cekikan.
Ia menunjukan sebuah kertas bertuliskan bahasa yang sayapun tak paham artinya. Jimat tersebut diberikan oleh ayahnya lantaran sang ayah galau memikirkan anak perempuan satu-satunya lagi belum menikah.
Tawa saya seketika pecah ketika Ia mengungkapkan bahwa ayahnya panik lalu menuliskan jimat tersebut. Ia diperintahkan agar menggunakannya saat mandi. Nanti, para pria ketika melihatnya langsung jatug cinta.
Ceritanya membuat kami tertawa terbahak-bahak. Si perempuan pun tertawa lantaran berpikir jaman sekarang kok masih pakai begituan.Â
Ia bukan pertama kali ini dihadapkan dengan persoalan jimat dan sejenisnya. Di kesempatan yang sama Ia bercerita bahwa salah satu tantenya bahkan sampai menyuruh orang pintar "dukun" untuk meramal dirinya apakah Ia sudah dekat dengan jodohnya atau belum. Bahkan saking ngebetnya, Ia di ajak betemu dengan sang dukun.
Ia menolak tawaran tersebut dan hanya tertawa atas setiap kekonyolan yang keluarganya tampilkan. Hingga sekarang, Ia tak memperdulikan Jimat yang diberikan ayahnya tersebut. Ia menggangap itu tindakan syirik. Dan jodoh itu urusan Tuhan.
Kejadian seperti ini juga dirasakan oleh seorang pria berumur 35 tahun. Ia baru saja lulus menjadi PNS. Saya mengenalnya dengan baik. Ia jarang pacaran atau lebih sering ditolak ketimbang di terima.
Katanya, Ia pernah diajak oleh salah satu kawannya ketemu orang pintar. Dan, mereka melakukan ritual seperti dimandikan dan diberi jimat atau dalam bahasa kami "Pakatang" agar aura dan wajah mereka menarik bagi perempuan.
Namun hingga kini jangankan jodoh, yang mendekat aja tidak sama sekali. Ia pun pasrah dan berharap dengan menjadi PNS para jodohnya bisa ketemu. Ia punya jimat sakti yakni Abdi negara.Â
Fenomena tentang ini di timur tak terkecuali di Maluku Utara masih menjadi kepercayaan bagi sebagian orang. Cerita-cerita tentang jimat pelekat jodoh ada di mana-mana.Â