Sore itu, Pak Udin berjalan pulang sembari menggengam sebuah kertas. Raut wajahnya nampak sedikit kelelahan. Langkahnya tak panjang. Berjalan pelan menyusuri jalan desa.
Melihatnya, saya langsung menyapa, " dari mana pak ?,". Pak Udin lalu mampir. "Dari Puskesmas, baru selesai divaksin," Jawabnya.
Kami berdua berjabat tangan sebelum melanjutkan percakapan. " Oh, ada berapa orang yang vaksin," tanyaku.
"Tadi ada limabelas orang. Sebenarnya 16, satunya lagi tidak jadi karena tekanan darahnya naik," Jelasnya.
"Terus itu kertas apa," Tanyaku penasaran setelah kertas yang tadinya digenggam Ia kantongi di saku baju.
"Ini kartu vaksinasi tahap I.," Jawabnya sembari mengeluarkan kertas tersebut.
Kertas vaksinasi itu berisi keterangan pasien dan catatan vaksinasi tahap satu dibubuhi tanda tangan. Setelah itu Ia berujar " nanti sekitar beberapa minggu lagi baru vaksin tahap dua,".Â
Iapun menjelaskan bahwa kartu tersebut bisa menjadi alat sah perjalanan. Saat itu dalam obrolan dengan pak udin, kartu bukti vaksinasi belum menjadi syarat perjalanan baik laut, darat maupun udara.Â
"Jadi kalau sudah ada kartu ini, kita kalau ke Ternate sudah aman. Tak perlu periksa berlebihan," Ujarnya kala itu.
Pak Udin pun getol memberikan pendapat betapa pentingnya vaksinasi. Bagi dia proses vaksinasi merupakan upaya membantu pemerintah memutus rantai virus corona. Walaupun Ia tak paham bagaimana virus itu menyerang, tetapi bagi dia apa yang sudah dikatakan pemerintah maka wajib diikuti.
Setelah itu pak Udin bertanya, " Kamu sudah divaksin,?". Saya pun menjawab, " Belum pak,".