Sebenarnya ajakan ngopi ini membuat saya sedikit khawatir. Apalagi, sedari tadi saya melihat begitu banyaknya pengunjung. Namun dengan sedikit keberanian, kami ngopi. Dan sejauh ini, saya melihat semua pengunjung cukup ketat menjalankan protokol kesehatan.
Lalu lalang para pengunjung dan kesibukan para pedagang melayani pelanggan menjadi pemandangan yang sangat dirindukan. Sudah begitu lama pemandangan seperti ini saya nikmati, sekira 2019 silam.
Pasar ini saya akui cukup unik, di lokasi ini selain penjual ikan yang berada di tengah-tengah, juga nampak banyak lapak-lapak makanan, kue, dan lain-lain. Semua nampak hidup dan tak ada yang tutup.Â
Sebuah jawaban dari pertanyaan, "jika krisis, bidang apakah yang bisa bertahan?"Â
Selain itu, nampak juga kebersihan pasar. Di sini, agak berbeda dengan pasar yang saya sering kunjungi. Semisal di Ternate, Bacan, atau di Jakarta sekalipun.Â
Masih banyak pasar tradisional yang semrawut dalam hal kebersihan, terutama manajemen pembuangan hasil pasar.
Yap, sudah sering saya jumpai sampah-sampah semisal angsan ikan, diletakan begitu saja. Di buang kelaut hingga ditumpuk pada suatu tempat. Selokan yang mampet hingga tata kelola semisal tempat sampah.Â
Di mana rata-rata sampah yang tertampung membludak dan sampah tercecer keluar. Alhasil, sampah-sampah tersebut menimbulkan bau yang menyengat.
Melihat pasar ini, sedikit mirip dengan pasar di Thailand. Salah satunya Or Tor Khor Fresh. Di mana saat berkunjung, kita seolah-olah berwisata. Tak ada bau menyengat. Lokasi penjualan ikan walau satu lokasi namun tak menimbulkan bau menyengat.
Susunan dan tata letak juga unik. Dari bahan pokok hingga buah-buahan yang didesain dengan menarik. Alhasil jika ke sini, selain belanja juga tentu swafoto. Pemerintah Thailand sendiri mengungkapkan bahwa pasar-pasar tradisional di Thailand memang sudah didesain untuk parawisata. Baik parawisata halal food hingga yang ekstrem.Â
Selain konsep pasar wisata, edukasi juga diberikan ke pedagang utamanya pedagang makanan. Salah satu contoh ketika berkunjung ke Asiaquatik. Di mana pedagang akan menjelaskan makanan apa saja yang busa dan tidak bisa dimakan apalagi untuk wisatawan muslim.Â