Lantas setelah divaksin, apa yang kemudian hadir?Â
Pada sebuah kesempatan, beberapa hari sebelum proses simbolis vaksin oleh presiden, saya terlibat obrolan dengan salah satu anak berusia 12 tahun.
Ia sendiri tau banyak tentang sejauh mana dinamika vaksinisasi di Indonesia. Bahkan ia tau nama-nama vaksin yang dibuat untuk mengatasi virus corona di dunia dengan tahapan uji klinis serta akurasi uji klinis.
Ia mengajukan pertanyaan sederhana yang bagi saya sangat masuk akal. " Om tau tidak setelah orang-orang divaksin, mereka ngapain ?"Â
"Tidak, menurutmu apa,"Â tanyaku sembari menerka-nerka apa yang ia jawab.
"Orang-orang tidak akan pakai masker lagi karena menggangap diri mereka kebal,"Â Jawabnya meyakinkan.
"Masuk akal juga jawabanmu,"Â ujarku
"Iya om, coba ingat. Di masa pandemi ini saja orang-orang banyak kok yang tak pakai masker. Bayangkan kalau sudah divaksin.,"Â ujarnya lagi.
Point percakapan ini menjadi pemikiran tersendiri bagi saya. Sebab, dibanyak tempat dan kesempatan bahkan lingkungan sendiri, saya menemukan betapa orang abai terhadap protokeler kesehatan seperti menggunakan masker.
Saya bahkan kita semua pasti tidak asing dengan kondisi ini. Di jalan, di tongkrongan, cafe, mall dan banyak tempat sudah kita jumpai. Di mana orang-orang sangat enteng tak menggunakan masker.
Alasan-alasan dibalik itu sangat sederhana. Beberapa yang saya temui beranggapan virus ini hanyalah kebohongan semata, merasa baik-baik saja, tidak keren hingga merasa diri kebal.