Peradaban berjalang seiring waktu, dari situ lahir banyak peristiwa ataupun prestasi. Pun dengan penulis, banyak hal yang terjadi dan berkesan di 2020. Tentang diri, pemikiran, wawasan hingga capaian.Â
Walaupun, di tahun 2020 Banyak problem terjadi secara global maupun secara lokal. Terutama adanya virus bernama Corona yang hadir membuyarkan banyak agenda dan hingga kini belum menunjukan tanda-tanda selesai.
Di tengah keterbatasan, ini adalah tahun yang unik. Tahun di mana ada capaian-capaian yang terjadi. Selain itu, catatan perjalanan bangsa bernama Indonesia juga cukup banyak terjadi.
Secara pribadi di tahun ini penulis mewujudkan beberapa mimpi. Diantaranya menyelesaikan studi di tengah ketidakpastian. Pada bulan Januari 2020, sekembali dari lokasi penelitian, saya kemudian menyusun naskah ilmiah yang ditinggalkan sejak 2018. Baru pada pertengahan Juni 2019, semua diseriusi kembali. Turun ke lapang awal Agustus 2019 dan kembali ke Kampus Januari 2020.Â
Di bulan Januari ini, saya kemudian getol mengolah hasil penelitian dan intens melakukan konsultasi hingga pada awal Maret. Namun, nasib melakukan seminar justru terkendala. Negara menerapkan Lockdown karena adanya wabah virus Corona. Pun dengan kampus dan mengarahkan pendidikan berbasis IT.Â
Virus yang terjadi di Wuhan Cina ini pada akhir Desember 2019 sebenarnya sudah mengemuka. Namun Indonesia baru benar-benar serius di akhir Februari. Sikap acuh dan sedikit memandang remeh di awal oleh pemerintah adalah sebuah kondisi yang dinilai sangat fatal.
Apalagi kebanyakan kebijakan-kebijakan yang tak tepat sasaran. Bisa dibilang disinilah saya menilai kita masih lemah perihal kesehatan dan sistem birokrasi. Utamanya terkait lintas koordinasi.
Penerapan Lockdwon oleh kampus akhirnya menunda harapan saya melakukan seminar. Bukan apa-apa, hanya saja yang membuat sedikit kwatir ialah ini semester terakhit saya. Jika selesai maka apes akhirnya. Kena drop Out.
Ditengah keputusasaan karena beban harapan agar semua baik-baik saja, saya kemudian mengisi waktu mempelajari kembali setiap detail karya ilmiah yang saya kerjakan. Sembari membuka kembali akun Kompasiana.
Saya mulai menulis seperti kebanyakan orang di saat pandemi. Â Akun yang saya buat 2017 silam seakan asing sekali. Terakhir menulis saya ingat ketika di lokasi penelitian. Saya tak terhitung produktif. Lihat saja jumlah artikel, baru 220.
Bedanya, di masa pandemi ini, saya menulis one day one articel. Bahkan tak jarang one day, two articel. Saya kembali mencintai dunia ini dengan menetapkan passion. Utamanya di jurnalisme warga.