Jadilah saya diantar ke Ternate dan tinggal  di saudara ibuku. Ia berpesan agar selalu bangun pagi dan membersihkan rumah, mencuci pakaian kotor sendiri, dan belajar dengan giat. Semua ia tanamkan, bahkan ketika libur tiba dan saya kembali ke desa.Â
Bagi dia, sesulit apapun kondisi ekonomi yang dialami, jangan sekali-kali putus sekolah. Ia mendorong begitu kuat untuk bersekolah setinggi mungkin dan belajar dari setiap tahapan kehidupan. Dan, mendorong saya menyelesaikan apapun yang sudah saya mulai. Baik itu kecil ataupun besar.Â
Tak lupa ia berpesan, jika sudah sukses ataupun belum hal utama yang tak boleh dilupakan adalah agama, keluarga dan masyarakat bawah. Inipula yang membentuk jiwa sosial saya hingga sekarang.
Sebagai sandaran jiwa, ibuku adalah tempat mengadu paling sabar. Beliau akan memberikan solusi atau pencerahan disetiap masalah yang saya hadapi baik cinta, pendidikan hingga pekerjaan. Â
Itulah Ibu, sekolah pertamaku. Lewat kegigihannya saya mampu melanjutkan pendidikan dan meriah banyak hal. Sudah begitu banyak nasihat dan pesan yang selalu ia berikan. Â Mimpinya hanya satu, agar anak-anaknya hidup sesuai dengan kodratnya sebagai manusia serta memberikan banyak manfaat selama hidup.Â
*
Di kebanyakan masyarakat, pada periode ini  ketika bayi masih dalam perut, seorang ibu selain memberikan asupan gizi juga seringkali memberikan nasihat, harapan, doa atau pelajaran semisal mendengarkan musik hingga dimensi spritual.
Ibu memiliki peran kursial dalam kehidupan keluarga. Di lingkungan  ini seorang anak di didik dengan memberikan pembinaan tumbuh kembang menanamkan nilai-nilai moral dan membentuk karakter seorang anak.  Selain itu, tempat  mengembangkan diri dan mengenal diri serta hati nurani anak hingga nanti  bersosialisasi di lingkungan luar. Perannya dalam keluarga tersebut termaktub dalam delapan fungsi keluarga. Â
Saya mengingat ketika saya sakit dan tak mau minum obat, ibu akan memberikan sebuah pengalaman tak terduga. obat yang di berikan Mantri desa dimasukan kedalam potongan papeda lalu disuapi. Tanpa sadar kami sudah minum obat walau sebelumnya mati-matian tak ingin.Â