Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Wanita Hebat dalam Hidupku

3 Desember 2020   01:25 Diperbarui: 3 Desember 2020   01:33 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mama dan Papa sedang menumbuk Buah Kenari | Dokumentasi Pribadi

Saat ini, beliau sudah berumur 49 tahun dan berprofesi sebagai petani. Di kebunnya ia tanami cengkih dan pala. Bertani tak asing bagi beliau sebab orang tuanya juga berprofesi sebagai petani. 

Di masa remaja ceritanya, mereka perempuan desa sebaya harus masuk keluar hutan membantu para ayah dan ibu menanam cengkih, pala dan kelapa. Akivitas ini mereka lakoni saat libur sekolah. 

Mereka yang kebanyakan bersekolah di Ternate akan pulang setiap libur Caturwulan (3 bulan sekali) memetik pala hingga cengkih. Pohon-pohon  yang tinggi itu tersebut tak segan dipanjat . Sesekali ikut membantu mengumpulkan kelapa dan mencungkil dagingnya untuk dibuat kopra.

Hasilnya, kemudian dipakai untuk ongkos pulang dan biaya sekolah. Di Ternate sendiri, ibuku dan satu saudaranya tinggal di pengampu berdarah Ambon. Pengampunya tersebut adalah seorang guru. Guru-guru Ambon, Kata ibuku, terkenal sangat disiplin dan tegas. Sehingga didikan tersebut terpatri sangat kuat. Didikannya itupula kemudian ia tanamkan ke saya sedari kecil. 

Proses kelahiran saya sendiri juga dilalui secara susah payah. Sebab, sebulan sebelum masa melahirkan, gunung di kampung kami, Kie Besi meletus. Semua penduduk pulau  harus mengungsi menuju  Halmahera.

Ibu saya dan keluarga besar mengungsi ke Pulau Tawa Kecamatan Kasiruta Barat. Mereka menumpang kapal yang diarahkan pemerintah kabupaten saat itu dari Ternate. Sementara keluarga yang lain, mengayuh menggunakan sampan dan sampai tiga hari kemudian.Setelah lahir dan tinggal hingga beberpa tahun, kami kembali ke kampung halaman pada tahun 1991. 

Di sini kehidupan berlahan di tata kembali. Aktifitas kami waktu itu hanya bertani, mengganti tanaman-tanaman yang habis disapu abu vulkanik.

Sementara sekolah, tidak pernah kami lalui hingga tahun 1995.  Lantaran tidak ada bangunan sekolah atau guru. Satu-satunya sekolah adalah alam dan guru terbaik ialah orang tua terutama ibu.

Beliau mengajarkan banyak soal tentang hidup sedari kecil yang sampai sekarang dipegang teguh dan berperan sebagai sekolah pertama bagi saya.

Ibu, sekolah pertamaku. Dari kecil, beliau sudah menjadi sekolah pertama yang  menanamkan jiwa saling menghargai terutama adab, etika hingga budaya terhadap orang tua. 

Beberapa pelajarannya antara lain, Saya bakal dimarahi ketika lewat di hadapan orang tua tidak membungkukan badan. Makan mendahului orang tua, bertutur kata yang baik dengan pemilihan kata untuk yang tua, muda hingga sebaya serta dilarang memaki. Selain itu, adab makan, mandi hinggamengajarkan ilmu religius..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun