Di akhir pekan seperti ini, hanya dua yang sering saya lakukan ketika pulang kampung. Terutama di Kota Ternate. Pertama, memancing dan kedua kemping sambil mancing.
Dua agenda ini tak pernah ditinggalkan. Memancing adalah hobi paling utama. Sebab satu ini, sudah tertanam dalam diri. Mungkin karena saya lahir dan besar di pesisir. Di mana, jarak rumah dan pantai sekira 15 Â meter. Hobi ini bahkan sudah menjadi candu. Setiap minggu tak melemparkan umpan ke laut seperti tak menulis. Galau.
Sementara kemping, saya kenal sejak tahun 2003. Proses kemping perdana itu bahkan masih melekat kuat hingga sekarang. Di mana, kami menghabiskan seminggu penuh di salah satu pantai di Kota Ternate ; Pantai Dorpedu kecil.
Sejak saat itu, minimal setiap bulan atau tiga bulan sekali kami salurkan hobi tersebut. Menginap satu dua malam di pantai. Saya sendiri, menggunakan waktu itu untuk merefleksikan diri, menimbang langkah dan menetapkan tujuan.
Kemping juga bukan perkara serius melulu. Jika diperdentasekan, 80 persen adalah kelucuan, kebahagiaan. Bisa di kata tak ada serius-seriusnya, bahkan ada yang kerasukan sekalipun. wkwkwk.
Di Maluku Utara banyak lokasi kemping. Sebenarnya ada beberapa hobi utama anak muda di sana, yakni mendaki, memancing dan kemping selain dari hobi lain.Â
Saya sendiri tak pernah merasakan mendaki, walau hobi keluar masuk hutan. Tetapi jika soal memancing dan kemping, saya paling depan. Membakar semangat anak-anak agar terealisasi.
Awal-awal dulu, hanya beberapa dari kami yang sering melakukan aktivitas ini. Kebanyakan satu umur atau satu angkatan. Baik pria maupun wanita. Namun belakangan, ketika anak-anak tau saya akan pulang, mereka langsung dengam sigap menyiapkan perangkat tempur terlebih dahulu.
Kepulangan saya berarti ada aktivitas. Yakni ke desa-desa pesisir serta memancing dan kemping. Jika sudah ke desa-desa dan terpuaskan hasrat bertemu petani, nelayan atau pejuang pangan dan lingkungan, maka kegiatan selanjutnya ialah kemping dan memancing. (memancing akan saya bahas pada artikel lain).
*