Ada orang-orang di barisan terdepan dalam dunia kesehatan, dokter maupun perawat. Pun dengan mereka, para tenaga kesehatan di ujung pesisir timur. Mereka bertaruh nyawa dengan fasilitas seadanya demi kesehatan
Asnudin hari ini tak berkebun. Sejak pagi ia terlihat sibuk menenteng dua jerigen 50 liter dan jerigen 5 liter yang ia gantung di motor buntutnya. Ia membeli minyak tanah dan bensin di warung.Â
Setelah itu, ia memikul mesin 45 PK dari gudang penyimpanan mesin di Puskesmas. Mesin itu ia bawa ke pantai, yang nantinya akan digantung ke body fiber; speed boat berkapasitas 7 orang. Setelah selesai, ia memanggil beberapa orang untuk mendorong speed boat atau kapal puskesmas keliling ke laut.
Mesin kemudian dipasang. Selang minyak antar pemantik dan utama dipisahkan ke jerigen yang sudah terlebih dulu diangkut ke speedboat. Setelah itu, mesin dihidupkan untuk mengecek apakah ada masalah atau tidak agar cepat diperbaiki. Sehingga, tidak terjadi trouble dalam perjalanan.Â
Semua persiapan yang dilakukan Asnudin sejak pagi tadi karena mereka akan melakukan kegiatan Pusling atau Puskesmas Keliling. Layanan kesehatan puskesmas ke desa-desa sebulan sekali.
 Ada beberapa alternatif perjalanan yang bisa ditempuh. Yakni lewat laut dan lewat darat. Namun, lewat laut dianggap lebih cepat dan dapat mengangkut banyak obat ketimbang lewat darat.
Hal ini lantaran, akses jalan di Pulau Makian Kabupaten Halsel belum ada. Jalan lingkar pulau yang dibangun sejak 2006 silam tak kunjung rampung. Alhasil mereka harus menempuh perjalanan lewat jalan kampung yang oleh warga dibangun seadanya. Walau belakangan sudah dibangun menggunakan dana desa.
Selain itu, satu-satunya kendaraan ialah sepeda motor. Pulau ini tak ada mobil. Gimana ada mobil, jalan saja tak ada.
*
Asnudin misalnya, ia adalah pegawai kontrak karena memiliki keahlian mengemudikan speed boat. Ia mantan ABk yang makan asam garam dengan lautan. pengalaman itulah sehingga diangkat menjadi tenaga kontrak.