Keduanya menghabiskan waktu beberapa tahun sebelum Dahri diambil pulang oleh kedua orang tua ke Kota dan Dayat diasuh oleh seorang pengampu yang kenalan kakeknya. Kemudian diasuh lagi oleh saudara ibunya yang tertua dan kemudian sang paman.Â
Bertemu sang ibu namun tidak dengan Ayahnya
Hidup berpindah-pindah. Dari satu keluarga ke keluarga lain membuat Dayat tak peduli lagi tentang siapa ayah dan ibunya. Toh ia benar-benar tak tau siapa kedua sosok itu. Lagian, ia hanya percaya kedua orang tuanya adalah dua sosok renta di kampung yang setiap sebulan sekali datang berkunjung.
Ia benar-benar bimbang "siapa ia dan anak siapa ia" ketika banyak desas-desus yang ia dengar secara diam-diam dengan menguping.
 Ketika orang-orang yang datang kerumah, mengobrol dengan sang paman dan bertanya "Itu anak siapa?"
"Oh anak adik saya, Si A" Jawaban yang sama setiap kali ia menguping.
Siapa si A? nama yang terdengar begitu asing. Ia kadang berkesimpulan "Berarti selama ini ia bukan anak mereka; kakek neneknya,".
Hingga menjelang Sekolah Menengah pertama, Dayat akhirnya untuk pertama kali dipertemukan dengan sang ibu.Â
Hal pertama yang ia rasakan ialah ganjil dan asing. Tak pernah ia melihat wanita ini di kehidupan yang ia jalani. Tak ada rasa sedikitpun yang hinggap.
Ia bahkan tak melepaskan pelukan dari sang Kakek ketika sang ibu kandung menyapa. Bahkan sampai berlalu.Â
Dayat baru mengenal dan bercengkarama erat dengan sang ibu setelah berumur 29 Tahun sekarang. Step by step pendekatan ia lakukan terutama menaklukan hati, keegoisan dan emosi bahwa tak ada yang perlu disalahkan atau disesali.Â