Kondisi ini cukup riskan dimana pertumbuhan pembangunan di Kota Ternate diikuti oleh laju pertambahan penduduk yang signifikan setiap tahun, dikhawatirkan 10 tahun lagi lahan terbuka sebagai daerah resapan air telah berubah fungsi sebagai kawasan terbangun/hunian yang menyebabkan potensi air tanah akan semakin berkurang.
Menurut Rezki et.,al (2020), Dari hasil peneneltian disimpulkan penggunaan terbesar yakni penggunaan lahan perkebunan 4829,93 Ha (55,43) dan pemukiman (7,81).Â
Namun  dari hasil analisis overlay terdapat beberapa ketidak sesuaian pada kondisi eksisting dan RTRW Kota Ternate Tahun 2010-2030 dengan luas 148.26 Ha yang terbagi pada wilayah kecamatan Pulau Ternate dengan luas 51.31 Ha, wilayah Kecamatan Ternate Barat dengan luas 46.25 Ha, wilayah Kecamatan Ternate Selatan dengan luas 21.59 Ha, wilayah Ternate Tengah dengan luas 11.16 Ha, wilayah Ternate Utara dengan luas 7.31 Ha.Â
Masalah lainnya adalah tingkat konsumsi air yang cenderung boros. Di beberapa kecamatan menurut penelitian Umasugi et, al (2018) tiga Kecamatan yang masuk dalam sampel yaitu kecamatan Ternate Selatan, Ternate Tengah dan Ternate Utara terlalu boros sedangkan cadangan air di Kota Ternate diperkirakan hanya sampai pada tahun 2030.
Tentunya dari data dan hasil penelitian, menunjukan bahwa air menjadi salah satu problem krusial yang terjadi di Maluku Utara khususnya di Kota Ternate. Krisis air memiliki dampak yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Bahkan jika ditelisik lebih jauh secara keselurahan baik di Indonesia maupun dunia, kondisi ini juga terjadi.
Di balik Krisis Air Hadir Perang Air
Saya menyebutnya perang air dengan keyakinan bahwa sumber daya air kedepan menjadi barang ekonomis yang diperebutkan layaknya minyak di timur tengah. Air sekali lagi memerankan peranan penting bagi Manusia. Tanpa air manusia diyakini tak bisa bertahan hidup lebih dari 2 hari..
Kita tidak pernah membayangkan sebuah invoasi bahwa air bisa lahir dengan bentuk kemasan. Dulu saya masih mengingat, untuk mengkonsumsi air layak minum kita terlebih memasak hingga mendidih. Namun, sekarang berbeda, cukup ke warung, mengeluarkan duit dan produk berada ditangan serta siap diteguk.
Saat ini, air dalam kemasan menjadi bisnis yang menggiurkan. Bahkan belakanga berbagai banyak produk disedikan. Pada tingkat persaingan khususya di Indonesia, dominasi beberapa perusahan memang masih mengemuka.menurut Kompas.id Kehadiran AMDK ini tentu saja sangat membantu masyarakat dari berbagai lapisan agar dapat mengonsumsi air tanpa harus secara tradisional memasak air tersebut dengan harapan dapat mencegah penyakit yang datang akibat konsumsi air yang kurang bersih.
Menurut Tempo Air Minum dalam Kemasan mengalami pertumbuhan hingga 30 persen. Persaingan-persaingan diantara perusahaan pun terus terjadi. Bahkan satu dari mereka menjadi pemegang market share terbesar. Tak jarang perang antar perusahan sampai berlarut-larut.