Di Masjid, banyak dari Jamaah yang terpaksa harus pulang lagi ke rumah berwudhu. Sebab, bak penampung berkapasitas 1000 liter tak mencukupi.
Masalah tidak sampai disitu, Â air yang dihasilkan keruh alias salobar. Terutama, di beberapa kecamatan utamanya di Selatan dan Utara Kota serta Kecamatan Ternate Pulau
Air salobar ini menjadi sangat intens terjadi. Alhasil, warga marah-marah. Tak terhitung berapa kali demonstrasi dilakukan warga karena marah dengan kondisi yang dialami. Bahkan berdasarkan rilis Ekuatoria.com pada tahun sebelumnya yakni 2018 sebanyak 500 kepala keluarga yang tinggal  di empat kelurahan, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate yang tak jauh dari PDAM Kota Ternate bahkan pernah hampir sebulan tak mendapatkan pasokan kebutuhan air bersih. Â
Sumber mata air Ake Gaale  di Kelurahaan Toloko yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih tak lagi dapat dikonsumsi, lantaran mata air sudah terasa payau akibat telah terintrusi air laut.
Pemerintah bukannya tak memiliki upaya. Berbagai program dan inovasi tercetus. seperti memperbanyak sumur bor hingga sistem pengelolaan air minum (SPAM) secara terpadu dan perluasaan kawasan resapan air (1). Dalam sistem ini, pemkot menyiapkan lahan dengan menggalakan pembauatan 35 sumur buatan  di wilayah sekitar sumber air Ake Gale Kecamatan Ternate Utara.  Ini dimaksudkan untuk memudahkan air hujan meresap ke tanah sehingga permukaan air tanah bisa dipertahankan.
Namun, ditengah desain itu, kebutuhan manusia harus terpenuhi. Sehingga desakan kebutuhan konsumen agar pemerintah lebih peduli kadang menjadi senjata politik menyerang kepala daerah dan perangkat Pimpinan PDAM.Â
Apa Masalahnya?
Krisis air di Ternate bukan Tanpa sebab. Selain karena tidak mempunyai aliran sungai hidup seperti di Pulau Halmahera yang dijadikan sumber mata air, juga karena pembukaan lahan dan pembangunan yang semakin kencang.
Pulau kecil ini memegang peranan ekonomi srategis di Maluku Utara sebagai pusat ekonomi dan perdagangan utama. Kota Ternate memiliki jumlah penduduk mencapai 221. 977 ribu jiwa yang mendiami pulau seluas  87 km2. Permasalahan tersebut antaralain rendahnya serapan air permukaan. Salah satu sumber mata air, Ake Gale, juga nampak mengalami penurunan resapan karena masifnya pembukaan lahan untuk pembangunan.Â
Menurut Kajian USAID 2019 Perhitungan penurunan cadangan air tanah Ake Gaale berdasarkan perubahan tataguna dan peruntukan lahan menunjukan bahwa akan terjadi penurunan cadangan air tanah sebesar 785.264,44 M3, atau 56.090,32 M3 per tahun atau setara dengan 146,23 M3 per hektar per tahunnya