Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Si Ibu Kost yang Berwawasan Luas

3 November 2020   18:10 Diperbarui: 3 November 2020   18:22 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya heran juga menjadi kaya dengan cara-cara yang tak halal. Semua orang pasti menginginkan menjadi kaya, tapi jangan sampai memakai cara-cara yang tak halal. Harusnya itu terdistrubsi hingga ke level bawah agar ada penyemarataan sosial," ujarnya.

Ia pun menyentik bagaimana bentuk praktek korupsi, kebebasan berpendapat yang saat ini riskan. Dimana kata ia, ngomong sedikit masuk bui hingga penguasaan sumber daya alam yang itu-itu saja.

"Negara kita sangat kaya, namun lewat kekayaan itu lahir kelas kaya yang itu-itu saja. Pernah tidak kita berpikir kenapa setiap rilis Forbes, orang-orang kaya baru (OKB) jarang muncul? bahkan terkesan hanya perebutan peringkat. Siapa yang menggeser siapa di urutan 1 dan peringkat 10 besar," Ungkapnya ibu berusia kepala enam puluh ini yang membuat saya hampir memuntahkan tegukan kopi kapal api yang ia seduh tiga puluh menit lalu.

"Benar juga sih bu, saya baru memikirkan ini," ungkapku mencoba menganalisis.

Pernyataan yang ia berikan memberikan saya pandangan untuk menganalisis. Dan memang ada benarnya, beberapa tahun belakangan orang-orang yang tampil terus menerus di majalah Forbes adalah sosok itu-itu saja.

Hal ini mengisyaratkan bahwa penguasan sumber ekonomi yang selama ini di kelola, di eksploitasi hanya di pegang oleh beberapa orang. Nilai kekayaan pun tak main-main, yang di tunjukan dengan terus bertambahnya nilai absolut dari kekayaan setiap konglomerat.

Dalam berbagai forum diskusi, terkadang ada stikma bahwa Forbes mendapat "untung" dari setiap rilis. Selain itu, ada kelompok-kelompok dapat mempengaruhi keputusan riset tersebut. Yang pada prinsipnya, segala bentuk intervensi tersebut untuk menopang kekuatan agar tetap berada pada jajaran teratas.

Artinya, agar menunjukan hegemoni "sumber daya" dari setiap kelompok sebagai nilai tawar dalam dunia bisnis. Walaupun, pada prinsipnya itu semua butuh riset mendalam untuk membuktikan itu semua.

Fakta ini menujukan bahwa pemerataan sosial di Indonesia bak langit dan bumi. Padahal, kata Bu Rani harusnya ada penyamarataan dalam mengelola. Atau tidak negara bisa menjamin terlaksananya distrubusi yang adil. Ke pemodal besar hingga masyarakat kecil. "Prinsip-prinsip keadilan harus di junjung," Ujarnya.

Bagi saya hegemoni ini adalah wajah dunia bisnis di Indonesia. Apalagi jika penerapan kemudahan investasi mulai di jalankan. Investasi yang bebas akan memberikan keleluasaan bagi pemodal untuk menanamkan modal seluas-luasnya. 

Artinya akan ada penambahan pendapatan bagi investor dan menciptakan jurang kesejateraan yang lebih tinggi.Walaupun, ada efek persaingan yang terjadi dalam dunia bisnis kedepan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun