contoh sederhana, sudahkah kita memakai tisu dengan bijaksana? dan taukah kita dalam sekotak tisu (isi 20 sheet) diproduksi dari 1 batang pohon. (1). Sementara untik kertas, walau pada pandemi sekarang, industri ini tetap tumbuh 7 persen menjadi 10,8 juta ton pada akhir 2018.
Data di atas Ini baru ita belum menafsir industri kertas, kayu, pembalakan liar, kebakaran hutan, perambatan hutan, serangan hama pwnyakit,
Lantas seberapa burukkah kerusakan hutan di Indonesia?
Ini adalah pertanyaan besar karena setiap lembaga memiliki data masing-masing. Namun satu yang pasti, data-data tersebut menunjukan bahwa kondisi hutan kita sungguh sangat kritis.
Menurut mongabay.co.id, pada tahun 2015 saja, sebanyak tiga triliun rupiah pohon di dunia di tebang. (2). Sementara FAO dalam Bantenprov.go.id, Kerusakan gutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha pertahun atau setiap tahun luas area hutan berkurang sebesar satu persen.
Sementara pada tahun 2019 menurut Forest Watch jumlah hutan yang hilang sebesar 1,47 juta hektar.Artinya angka dari FAO menunjukan trend peningkatan.
Dampak dari kerusakan hutan di tersebut menyebabkan deforestasi khusunya di Indonesia. Yang artinya salah satu dampak yang dihasilkan selain perubahan iklim, kehilangan berbagai jenis spesies, tergangunya siklus air yang mengakibatkan terjadinya krisis air ialah mengakibatkan banjir dan longsor.
Yap, ini dampak yang dihadapi. Kondisi yang mencerminkan kita pada saat ini. Menurut World Wildlife fund (3), sejak 1960, lebih dari sepertiga lahan subur di bumi telah musnah akibat kegiatan deforestasi.Â
Dikutip dari katadata id, menurut World Resource Institute (WRI), Indonesia masuk dalam 10 negara dengan angka kehilangan hutan hujan tropis pada 2018.Â
Artinya kehilangan hutan hujan primer tropis seluas 339.888 hektare dan berada di urutan ketiga setelah brasil. Deforestasi Indonesia tertinggi terjadu pada periode 1996-200 (2,83 H).Â