"Besok pagi mau bapunggu (Memungut) pala dulu cari doi (duit) jajan," ujar Al, anak 14 tahun yang duduk di bangku SMP.
Tak mau kalah, adik sepupu saya, Tika, 12 tahun juga menyahut. "Ka Al, kita iko k, (saya ikut dong)" Harapnya. "Iyo. Pulang la tidor sudah (pulanglah dan tidur) seruhnya.
Mereka berdua hanyalah segelintir anak yang punya niatan sama, memungut buah pala. Waktu saya kecil juga demikian, namun saat memungut pala kami lebih agresif karena ikut mengait yang seharusnya tidak boleh dilakukan.Â
Berbeda dengan mereka sekarang, tak pernah mengait atau mengambil secara legal buah pala yang belum jatuh. Mereka mengikuti aturan yang ada.
Kegiatan ini sering di lakukan pada akhir pekan, hari libur, dan tanggal merah. Jika di Kota masyarakat memilih bertamasya ke tempat wisata maka di Desa tidak demikian.
Baik anak-anak, orangtua maupun remaja akan menghabiskan waktu ke kebun. Yap, akhir pekan merupakan waktu paling tepat. Anak-anak yang libur sekolah dapat memanfaatkan waktu membantu orang tua memanen pala, kenari atau membuat kopra.Â
Memungut buah pala punya filosofi, siapa cepat dia dapat. Artinya siapa yang paling cepat ke hutan maka menuai banyak hasil. Mereka akan berlomba-lomba. Biasanya jam 6 mereka sudah stay menunggu kawan mereka yang sudah lebih dulu membuat janji pada malam hari atau para ibu-ibu di kampung yang juga ikut memungut. Mereka akan ikut para ibu-ibu tersebut.Â
Berbekal parang, karung kadang juga kantong plastik kresek mereka siap masuk ke hutan. Sedangkan para ibu, biasanya memukul Saloy (Tas tradisional yang sudah dibahas pada artikel sebelumnya). Para ibu, selain memungut pala, juga buah kenari, mencari sayur dan kadang diselingi dengan menengok kebun.
Di kampung saya terdapat 3 lokasi kebun yang berada di belakang kampung. Lokasi itu yakni, Gopadalamo (Jalan Besar), Gam Ici atau lebih disebut Gamoci (Kampung kecil) dan Tebetes (Air mengalir).
Ketiga lokasi itu dibatasi jurang setiap batasnya. Batasan ini juga berlaku di Desa dimana terdapat 3 penamaan dalam kampung. Yakni, Falajawa, Kampung Tengah dan Gamoci.
Ada aturan-aturan tertulis yang tak boleh dilanggar. Jika anak-anak maupun masyarakat secara umum memungut di Gopadalamo maka mereka tidak boĺeh melangkah ke Gamoci dan Tebetes. Begitu pun demikian bagi yang lain. Walaupun saat pulang bisa memilih jalan di lokasi lain.