Tulisan ini, berawal dari obrolan dengan beberapa kenalan dan kolega yang bertarung nasib pada Seleksi CPNS beberapa hari ini. Di mana, obrolan ini sedikit memberikan kekuatan untuk mencoba meramu sedikit pandangan. Antara realitas dan fakta yang mereka alami.
Expektasi tinggi terhadap PNS bagi saya sudah mendarah daging di Indonesia. Bahkan PNS adalah pekerjaan yang bisa dibilang idaman. Idaman karena terjamin, baik gaji, asuransi kesehatan, tunjangan maupun fasilitas lainya.
Bahkan menjadi seorang PNS sudah membudaya dalam kultur kita. Tidak ada yang salah dengan pekerjaan ini. Ini pekerjaan mulia karena melayani publik.
Dari bincang-bincang inilah saya mengetahui betapa susahnya merebut "kerja idaman". Bertarung dengan ribuan peserta dari seluruh Indonesia dengan cara kompetitif. Bahkan, peserta-peserta dengan predikat cumlaude belum tentu mampu menjinakkan sistem yang dipakai.
Sistem pengujian "CAT" yang dipakai dalam ujian kompetensi CPNS, meninggalkan sistem uji manual. Dengan sistem ini, peserta di uji kemampuannya dalam tiga kompetensi, yakni tes wawasan kebangsaan, intelegensi umum, dan kepribadian.Â
Masing-masing tes di atas di memiliki Skor berbeda-beda yang harus dicapai sehingga memenuhi passing grade. Lewat tes ini pulah banyak peserta gugur dan kadang mencapai skor pada tiga uji kompetensi dengan sangat rendah.
Maka, ekspektasi masyarakat di uji ketika akan melakukan tes. Persiapan-persiapan yang di mulai pra tes di lakukan dengan memborong buku-buku latihan maupun kiat jitu nenaklukan PNS.Â
Berburu buku latihan soal dan jurus jitu adalah fenomena yang di perlihatkan ketika kita mengunjungi toko buku. Hampir di setiap rak di kerumuni oleh berbagai kalangan. Dari yang muda sampai yang sekedar menemani anaknya memilih-milih buku.
***
Setiap hari mereka dihadapkan dengan tebalnya bacaan dan latihan soal dalam buku yang mereka beli. Belajar lembar demi lembar serta mengkaji satu demi satu dari ribuan soal yang tertera dalam buku.Â
Realita yang terjadi, menurut penuturan salah satu kawan, tidak sampai 10% soal yang ada dalam buku tersebut nonggol dalam soal ujian. Padahal ekspektasinya minimal 50 % persen dari soal-soal yang susah payah dicari dan dipelajari dalam buku tersebut diujikan dalam tes.Â