Mohon tunggu...
Mogi Bian Darmawan
Mogi Bian Darmawan Mohon Tunggu... -

terinspirasi untuk menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi Penggerak atau Penghambat Perubahan

30 September 2014   16:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:57 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi kini jauh berbeda dari generasi sebelumnya. Kita adalah generasi yang kritis dan serba logis dalam segala hal. Masih lekat dipikiran saya tentang apa yang terjadi saat pilpres kemarin, dimana hampir semua orang telebih kawan-kawan mahasiswa ikut bersuara dalam pilpres. Namun tak dipungkiri, masih ada generasi sisa-sisa yang tetap bertahan dengan cara pandang lama, “Jika kemarin ada, maka hari ini juga harus ada!”. Tidak sepenuhnya salah, namun cepat atau lambat mereka akan segera tergantikan jika tidak dapat beradaptasi dengan dunia yang makin kritis dan serba rasional.


Diberbagai kampus, kita familiar dengan kegiatan yang bernama orientasi atau kegiatan pengenalan baik lingkup kampus, fakultas, atau jurusan. Sebenarnya, apa makna orientasi itu sendiri? Seberapa besar manfaat yang bisa didapat? Mengapa banyak terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraannya? Jika terjadi penyimpangan, mengapa masih berlarut-larut? Bagaimana seharusnya sikap kita sebagai "generasi baru" dalam kegiatan orientasi ini?



Pada hakikatnya, masa-masa orientasi menjadi hal penting bagi mahasiswa-mahasiswi yang baru menginjakkan kakinya di bangku kuliah untuk mendapatkan beragam pengalaman dan pengetahuan. Masa itu menjadi penting untuk mengisi paradigma calon-calon intelektual bangsa dengan hal-hal yang berkaitan erat dengan tempat mereka mengemban ilmu. Tentu akan lucu bila mahasiswa-mahasiswi tidak mengetahui apa-apa tentang kampus sendiri ketika ditanyakan hal-hal sepele.



Kegiatan orientasi juga menjadi sarana produktif bagi para panitia kegiatan untuk memasukkan nilai-nilai yang diemban oleh kampusnya. Nilai-nilai ini nantinya akan membuat mahasiswa baru merasa memiliki keterikatan dengan almamaternya dan diteruskan sebagai bekal atau dasar mereka mengemban ilmu. Bahkan, akan mampu menimbulkan suatu kesadaran dan kebanggaan manakala kampus/fakultas/jurusan yang dipilihnya memang memiliki sejarah panjang yang signifikan kontribusinya bagi pembangunan bangsa.



Saya yakin, sebagian besar pembaca adalah orang-orang yang paham bahwa, “Kepatuhan yang bersumber dari rasa takut akan hilang bersama dengan perginya si pembuat rasa takut. Namun kepatuhan yang bersumber dari pemahaman utuh akan selamanya membekas dalam diri seseorang.” Kegiatan orientasi tidak akan menyimpang selama panitia dan pihak lain yang terlibat (senior, alumni, dll) memiliki pemahaman yang utuh tentang masa orientasi itu sendiri. Peran sistem juga sangat penting, jika tidak ada peratutan resmi yang mengatur, maka selamanya kegiatan orientasi akan bermasalah.



Masih lekat diingatan saya tentang kegiatan orientasi beberapa waktu silam. Dimana peserta diposisikan sebagai pihak yang serba salah dan pantas dihukum. Sementara panitia atau senior selalu berada dalam posisi benar dan pantas menghukum. Saya berpendapat, hal ini hanyalah bagian dari ajang balas dendam. Mereka tidak cukup berbesar hati untuk menghentikan tradisi yang tidak mendidik ini. Panitia/senior perlu menyampaikan apresiasi pada peserta dan panitia juga wajib berkaca pada kesalahan yang dilakukannya.



Tradisi semacam itu akan terus berulang jika kita mempertahankan cara pandang lama. Padahal kita tahu, arus globalisasi semakin besar. Kita akan menyaksikan beberapa waktu mendatang mahasiswa luar negeri akan lebih banyak kita dapati di kampus kita. Apakah kita benar-benar yakin untuk mempertahankan cara lama yang jelas-jelas jauh dari nilai intelektualitas? Apa dengan cara ini kita akan menyambut mahasiswa-mahasiswi baru dari berbagai penjuru dunia?



Akan selalu ada orang-orang yang menentang perubahan, tapi cepat atau lambat perubahan akan terjadi. Pilihannya adalah, menjadi penggerak atau penghambat perubahan.


“Bagi saya, kebenaran biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.” –Soe Hok Gie

Mogi Bian Darmawan

PPSDMS Regional 5 Bogor

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun