aku benci saat aku masih saja mengintip timelinemu. pikiranku selalu ingin tahu tentang apa saja yang kau tulis dan yang kau lakukan, meskipun setiap kali aku membacanya, selalu ada goresan yang menyakitkan dihatiku. air mataku masih saja mengalir setiap kali kau menulis namanya.
ya, kini kau telah bahagia dengannya, bahkan sangat bahagia dengannya. berbanding terbalik dengan keadaanku disini yang selalu menangis. aku tak menyangkan kau begitu mudah melupakanku. aku kira, apa yang telah kita alami dan kita lalui tak mudah untuk dilupakan. aku kira kenangan yang telah kita tulis tak akan pernah tergantikan oleh siapapun.
akhirnya apa yang aku takutkan terjadi. aku takut dia bisa membahagiakanku melebihi aku. sementara aku? tak ada yang bisa membahagiakan aku, kecuali kamu.
maaf, aku masih sangat mencintaimu, meski kau telah ada yang memiliki, dan begitu pula aku. tapi dia tak mampu membuatku tersenyum seperti yang kamu lakukan. dia hanya bisa membuatku menangis, lebih dari yang kamu lakukan. maaf aku masih mengingat semua tentang kita. kenangan2 itu tak mau pergi dariku. berulang kali ku coba untuk mengusirnya, tetapi semakin aku mengusirnya, semakin sering ia mendatangiku. maafkan aku yang selalu saja menelfonmu tanpa mengucapkan sepatah katapun, melainkan lagu yang kuputar, yang mewakilkan perasaanku, karena aku, masih SANGAT mencintaimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H