Salah satu kota metropolitan terbesar setelah Jakarta, Surabaya menjadi kota dengan penduduk terpadat kedua di Indonesia. Kota yang mempunyai bangunan gedung menjulang tinggi dan menghiasi daerah Ibu Kota Jawa Timur ini siapa sangka menjadi langganan banjir setiap musim penghujan datang. Genangan air yang muncul di setiap sudut Surabaya menjadi masalah tiap tahun yang sampai saat ini belum teratasi dengan baik. Mengapa kota sebesar Surabaya masih kesulitan mengatasi masalah banjir? Apakah ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan Surabaya begitu rentan terhadap bencana ini? Mari kita telaah lebih dalam.
Kita semua tau bahwa banjir merupakan bencana alam yang bisa di sebabkan oleh faktor alam maupun manusia. Lalu bagaimana jika kedua faktor tersebut merupakan alasan terjadinya bencana banjir yang tidak kian teratasi di Kota Surabaya.
Pada penghujung tahun tepatnya pada tanggal 24 Desember 2024, Surabaya mengalami hujan deras selama 4 jam tanpa henti yang menyebabkan seluruh kota terendam banjir. Ini merupakan curah hujan yang sangat ekstrem dan mengakibatkan debit air sungai melebihi ambang batas maksimalnya. Intensitas hujan yang tinggi dan berdurasi lama ini menimbulkan air sungai meluap sampai jalan raya dan mengakibatkan lalu lintas terhenti, ini jelas merupakan faktor alam yang tidak dapat di hindari.
Lalu bagaimana dengan faktor manusianya? faktor yang sering ditemukan ialah tidak mampu dan tidak berfungsinya saluran drainase yang ada. Padahal drainase termasuk salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota khususnya perencanaan infrastruktur (Aldino John, 2023). Akibat sistem drainase yang kurang berfungsi dengan baik ini beberapa daerah mengalami banjir parah, antara lain Gayungan, Ketintang, Margorejo, dan Jalan Kartini. Di wilayah-wilayah ini, ketinggian air mencapai hingga 185 cm.
Dampak akibat bencana banjir pada 24 Desember lalu menyebabkan aktivitas Masyarakat menjadi terganggu, banyak warga yang mengalami kerugian material, beberapa pohon juga tumbang, bahkan tidak sedikit kendaraan mogok akibat terendam air, dan akses menuju beberapa wilayah menjadi terhambat.
Namun Pemerintah Kota Surabaya bergerak cepat terkait situasi ini. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya, Laksita Rini Sevriani mengatakan hujan deras disertai angin kencang melanda Kota Surabaya mengakibatkan sejumlah pohon tumbang dan genangan air di beberapa wilayah. Ia mengatakan, sebanyak 25 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk membantu penyedotan genangan air di sejumlah titik.
Banjir yang melanda Surabaya pada 24 Desember 2024 menjadi pengingat akan pentingnya infrastruktur drainase yang memadai dan perlunya kesigapan warga Kota Surabaya terkait bencana alam yang melanda. Peringatan dan evaluasi kepada Pemkot Surabaya untuk membenahi tata kelola kota atapun sistem saluran air menjadi tugas kedepannya yang harus segera di pertimbangkan dan di realisasikan.
Sumber Referensi:
Aldino John, J. (2023). STUDI BANJIR DI WILAYAH TANJUNGSARI SURABAYA. 11(1), 55--060.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H